Tampilkan postingan dengan label Bagian 12. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bagian 12. Tampilkan semua postingan
Cerpen Seru: The Pursuit Of Love #12
"Ini managerku, dia yang akan mengajarkanmu hal-hal penting yang harus kau lakukan sebagai sekretarisku" ucap Daniel memperkenalkan seorang gadis manis yang beberapa saat lalu di panggil ke ruangannya.
Gadis yang berdiri di samping Karin itu tersenyum dan mengulurkan tangannya.
"Aku Gracia.. Senang bertemu denganmu.." ucap gadis itu ramah. Karin membalas uluran tangannya dan ikut tersenyum ramah.
"Aku Karin, mohon bantuannya.."
"Sudah! Aku harus pergi bertemu client sebentar lagi! Gracia, urus dia dan ajari dengan baik, aku tidak mungkin membawanya yang masih bodoh itu ikut bersamaku.." kata Daniel yang berdiri dari duduknya dan memakai kembali jas yang sempat dilepasnya.
Gracia mengangguk sambil tersenyum sementara Karin memandangi Daniel dengan tatapan super kesal.
"Aku akan kembali saat jam makan siang nanti.." ujar Daniel dengan sedikit senyum di bibirnya, lelaki itu kemudian melangkah keluar dari ruangannya.
"Dia itu menyebalkan sekali ya!" umpat Karin setelah memastikan bahwa Daniel sudah keluar dari ruangan. Gracia menoleh kearahnya dan tersenyum.
"Tapi dia tampan!" serunya sumringah, Karin mendesis.
"Jangan tertipu dengan tampang malaikatnya! Dia itu seperti setan!"
"Hey.. Kau bisa dimutilasi kalau dia mendengarnya" tegur Gracia dan Karin segera mengulum bibirnya.
"Ayo.. Aku akan mengajarkanmu tentang hal-hal yang harus kau kerjakan setiap hari. Oh iya.. Ku harap kau bersabar, sekretaris lamanya baru saja mengundurkan diri" ucap Gracia yang seketika membuat Karin menoleh.
"Mengundurkan diri? Kenapa?"
"Katanya bos cerewet, menyebalkan dan suka seenaknya sendiri! Aku juga merasakan hal yang sama, bahkan dia menyuruhku melakukan hal yang sama sekali bukan tugasku, tapi entah mengapa.. Dia itu sangat ramah kepada para karyawan yang tidak dekat dengannya.. Ku rasa, dia hanya cerewet pada orang yang sering di dekatnya.."
"Unik sekali kepribadiannya" gumam Karin sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Gracia hanya tersenyum lalu mengajaknya segera menuju meja baru Karin yang ada di depan ruangan Daniel, atau lebih tepatnya disamping pintu ruangan Daniel.
***
"Apa kabar?" sapa Daniel ramah pada seorang pria paruh baya yang berdiri menyambutnya. Pria itu tersenyum lantas membalas sapaan Daniel.
"Kau Daniel Tan?" tanya pria itu sambil mengulurkan tangan. Daniel menjabatnya dengan cepat.
"Benar, dan anda Tuan Emrick?"
"Senang bertemu denganmu! Ah, perkenalkan.. Ini asisten ku"
Daniel tersenyum lalu menyalami seorang lelaki yang lebih muda di samping Emrick. Ketiganya kemudian duduk di salah satu ruang privat yang ada di restoran tempat mereka melakukan pertemuan.
Perusahaan Daniel sedang menjalin kerja sama dengan perusahaan Emrick untuk proyek pembangunan yang mereka rencanakan dan entah mengapa, Emrick minta bertemu dengan Daniel tanpa ada orang lain kecuali asisten pribadinya.
"Jadi.. Bagaimana dengan kelangsungan kerja sama kita?" tanya Daniel sopan.
"Ah, Daniel.. Kau benar-benar sudah dewasa ya.." ucapan Emrick itu lantas membuat Daniel mengerutkan keningnya. Sepertinya ini bukan obyek pembicaraan yang benar.
"Terakhir kali kita bertemu.. Kau masih sangat muda.. Ah, waktu itu kau masih SMA, kau ingat?"
"Eum, maaf.."
"Ayahmu adalah sahabat karibku sejak dulu sampai dia telah tiada.. Begitupun Ibumu yang menjalin hubungan yang cukup akrab dengan istriku.. Keluarga kita punya hubungan yang sangat baik.."
Daniel semakin mengernyit karena pembicaraan Emrick semakin keluar dari apa yang seharusnya mereka bicarakan. Daniel menyisihkan waktunya untuk datang menemui Emrick karena dikiranya pria itu akan membicarakan masalah kerjasama mereka, dan ternyata malah tentang keluarga.
"Daniel.. Aku sangat mengagumimu.. Sebagai anak muda, kau benar-benar berprestasi dan sukses di usiamu.. Aku akan sangat senang, jika dapat menjadikanmu anggota keluargaku.."
Daniel terhenyak. Ini benar-benar sudah melampaui batas. Emrick punya maksud lain di balik pertemuan mereka kali ini, benar-benar maksud lain.
"Kau ingat Alena? Putriku yang seusia denganmu? Bagaimana kalau dia ku jodohkan denganmu?"
Jleb! Daniel tercekat dan hanya mampu terdiam di tempatnya saat ini.
***
"Aku hanya perlu mengurus berkas-berkas ini dan ku sampaikan padanya kan? Lalu aku juga harus ikut dengannya saat rapat atau bertemu client.. Saat ada telfon ataupun tamu aku harus.." ocehan Karin yang sedang mengulang kembali semua pengajaran yang di berikan Gracia terhenti ketika matanya menangkap sosok Daniel yang keluar dari lift dengan wajah di tekuk.
Gadis itu berpandangan sebentar dengan Gracia lalu kembali menoleh kearah Daniel. Langkahnya gontai seperti orang putus asa saja, jasnya ia tenteng di tangan kanannya tanpa mengangkatnya dan membiarkan ujung jas itu menyapu lantai, dan wajahnya ia tekuk dalam-dalam.
"Ada apa dengannya?" bisik Karin di telinga Gracia dan gadis itu hanya menjawabnya dengan gindikan bahu dan gelengan kepala.
READ MORE - Cerpen Seru: The Pursuit Of Love #12
Gadis yang berdiri di samping Karin itu tersenyum dan mengulurkan tangannya.
"Aku Gracia.. Senang bertemu denganmu.." ucap gadis itu ramah. Karin membalas uluran tangannya dan ikut tersenyum ramah.
"Aku Karin, mohon bantuannya.."
"Sudah! Aku harus pergi bertemu client sebentar lagi! Gracia, urus dia dan ajari dengan baik, aku tidak mungkin membawanya yang masih bodoh itu ikut bersamaku.." kata Daniel yang berdiri dari duduknya dan memakai kembali jas yang sempat dilepasnya.
Gracia mengangguk sambil tersenyum sementara Karin memandangi Daniel dengan tatapan super kesal.
"Aku akan kembali saat jam makan siang nanti.." ujar Daniel dengan sedikit senyum di bibirnya, lelaki itu kemudian melangkah keluar dari ruangannya.
"Dia itu menyebalkan sekali ya!" umpat Karin setelah memastikan bahwa Daniel sudah keluar dari ruangan. Gracia menoleh kearahnya dan tersenyum.
"Tapi dia tampan!" serunya sumringah, Karin mendesis.
"Jangan tertipu dengan tampang malaikatnya! Dia itu seperti setan!"
"Hey.. Kau bisa dimutilasi kalau dia mendengarnya" tegur Gracia dan Karin segera mengulum bibirnya.
"Ayo.. Aku akan mengajarkanmu tentang hal-hal yang harus kau kerjakan setiap hari. Oh iya.. Ku harap kau bersabar, sekretaris lamanya baru saja mengundurkan diri" ucap Gracia yang seketika membuat Karin menoleh.
"Mengundurkan diri? Kenapa?"
"Katanya bos cerewet, menyebalkan dan suka seenaknya sendiri! Aku juga merasakan hal yang sama, bahkan dia menyuruhku melakukan hal yang sama sekali bukan tugasku, tapi entah mengapa.. Dia itu sangat ramah kepada para karyawan yang tidak dekat dengannya.. Ku rasa, dia hanya cerewet pada orang yang sering di dekatnya.."
"Unik sekali kepribadiannya" gumam Karin sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Gracia hanya tersenyum lalu mengajaknya segera menuju meja baru Karin yang ada di depan ruangan Daniel, atau lebih tepatnya disamping pintu ruangan Daniel.
***
"Apa kabar?" sapa Daniel ramah pada seorang pria paruh baya yang berdiri menyambutnya. Pria itu tersenyum lantas membalas sapaan Daniel.
"Kau Daniel Tan?" tanya pria itu sambil mengulurkan tangan. Daniel menjabatnya dengan cepat.
"Benar, dan anda Tuan Emrick?"
"Senang bertemu denganmu! Ah, perkenalkan.. Ini asisten ku"
Daniel tersenyum lalu menyalami seorang lelaki yang lebih muda di samping Emrick. Ketiganya kemudian duduk di salah satu ruang privat yang ada di restoran tempat mereka melakukan pertemuan.
Perusahaan Daniel sedang menjalin kerja sama dengan perusahaan Emrick untuk proyek pembangunan yang mereka rencanakan dan entah mengapa, Emrick minta bertemu dengan Daniel tanpa ada orang lain kecuali asisten pribadinya.
"Jadi.. Bagaimana dengan kelangsungan kerja sama kita?" tanya Daniel sopan.
"Ah, Daniel.. Kau benar-benar sudah dewasa ya.." ucapan Emrick itu lantas membuat Daniel mengerutkan keningnya. Sepertinya ini bukan obyek pembicaraan yang benar.
"Terakhir kali kita bertemu.. Kau masih sangat muda.. Ah, waktu itu kau masih SMA, kau ingat?"
"Eum, maaf.."
"Ayahmu adalah sahabat karibku sejak dulu sampai dia telah tiada.. Begitupun Ibumu yang menjalin hubungan yang cukup akrab dengan istriku.. Keluarga kita punya hubungan yang sangat baik.."
Daniel semakin mengernyit karena pembicaraan Emrick semakin keluar dari apa yang seharusnya mereka bicarakan. Daniel menyisihkan waktunya untuk datang menemui Emrick karena dikiranya pria itu akan membicarakan masalah kerjasama mereka, dan ternyata malah tentang keluarga.
"Daniel.. Aku sangat mengagumimu.. Sebagai anak muda, kau benar-benar berprestasi dan sukses di usiamu.. Aku akan sangat senang, jika dapat menjadikanmu anggota keluargaku.."
Daniel terhenyak. Ini benar-benar sudah melampaui batas. Emrick punya maksud lain di balik pertemuan mereka kali ini, benar-benar maksud lain.
"Kau ingat Alena? Putriku yang seusia denganmu? Bagaimana kalau dia ku jodohkan denganmu?"
Jleb! Daniel tercekat dan hanya mampu terdiam di tempatnya saat ini.
***
"Aku hanya perlu mengurus berkas-berkas ini dan ku sampaikan padanya kan? Lalu aku juga harus ikut dengannya saat rapat atau bertemu client.. Saat ada telfon ataupun tamu aku harus.." ocehan Karin yang sedang mengulang kembali semua pengajaran yang di berikan Gracia terhenti ketika matanya menangkap sosok Daniel yang keluar dari lift dengan wajah di tekuk.
Gadis itu berpandangan sebentar dengan Gracia lalu kembali menoleh kearah Daniel. Langkahnya gontai seperti orang putus asa saja, jasnya ia tenteng di tangan kanannya tanpa mengangkatnya dan membiarkan ujung jas itu menyapu lantai, dan wajahnya ia tekuk dalam-dalam.
"Ada apa dengannya?" bisik Karin di telinga Gracia dan gadis itu hanya menjawabnya dengan gindikan bahu dan gelengan kepala.
Kumpulan Cerpen Seru : In My Dream | Bagian Keduabelas
Kumpulan Cerpen Seru : In My Dream | Bagian Keduabelas ~ "kita kerumah sakit ya.." kataku saat dia mulai melepas pelukannya. Ia menggeleng sambil memegangi kepalanya yg semakin kebanjiran darah itu.
"bawa aku pulang" katanya sedikit memelas.
Akupun memapah nya berjalan kearah yang ditunjukkannya. Ia sudah sekarat begini malah tidak mau kerumah sakit.
Kami sampai didepan sebuah rumah model lama yang lumayan besar. Raka bilang ini rumahnya. Akupun memapahnya masuk.
Kubantu dia menduduki tempat tidurnya lalu mencari cari kotak obat dilaci meja kecil disisi tempat tidurnya.
"ada dikamar mandi" katanya datar. Aku mengangguk lalu melangkah kekamar mandi dikamarnya. Lalu kembali ketempatnya dengan kotak obat ditanganku. Kuambil sebaskom air juga untuk membersihkan darahnya.
Ia hanya diam, tak mengeluh sedikitpun padahal aku yakin ini sangat sakit.
"kamu tinggal sendirian?" tanyaku sambil memandang sekitar. Dari awal memasuki rumah ini memang sudah sangat sepi.
"ya.."jawab Raka singkat.
"keluarga kamu kemana?"
"mereka udah meninggal" aku terhenyak lalu mengusap punggungnya sembari terus membersihkan darahnya.
"oh ya..kamu mau tau siapa mereka?"tanya Raka.
"orang yg mukulin kamu?" Raka mengangguk.
"dulu..disekolah yg lama..aku mergokin mereka..lagi..merkosa cewek ditoilet.. Aku tau mereka mau seneng seneng,buktinya salah satu dari mereka ngerekam perlakuan jahat itu pake handycam.. Aku nggak bisa apa apa,karna aku pasti bakal kalah sama mereka..jadi aku ngelaporin ke satpam. Mereka kabur dan handycam nya jatuh.. Aku sempat ngambil CD nya,rencananya mau aku kasih polisi..tapi..CD itu jatuh kesungai, mereka tau aku yg ngambil CD itu karna waktu mereka kabur mereka sempat liat aku..sampe sekarang mereka masih ngira kalo CD itu ada sama aku, mereka selalu ngejar ngejar aku..bahkan mereka.." Raka terdiam lalu menyusut butiran disudut matanya.
"mereka bunuh orang tua aku" katanya sedih. Aku terkejut. Adakah manusia sekeji mereka itu?
"mereka bakar rumah lama aku dan orang tuaku meninggal,cuma aku yg selamat.."
"kamu nggak dendam?" ia tersenyum mendengar pertanyaanku
"bawa aku pulang" katanya sedikit memelas.
Akupun memapah nya berjalan kearah yang ditunjukkannya. Ia sudah sekarat begini malah tidak mau kerumah sakit.
Kami sampai didepan sebuah rumah model lama yang lumayan besar. Raka bilang ini rumahnya. Akupun memapahnya masuk.
Kubantu dia menduduki tempat tidurnya lalu mencari cari kotak obat dilaci meja kecil disisi tempat tidurnya.
"ada dikamar mandi" katanya datar. Aku mengangguk lalu melangkah kekamar mandi dikamarnya. Lalu kembali ketempatnya dengan kotak obat ditanganku. Kuambil sebaskom air juga untuk membersihkan darahnya.
Ia hanya diam, tak mengeluh sedikitpun padahal aku yakin ini sangat sakit.
"kamu tinggal sendirian?" tanyaku sambil memandang sekitar. Dari awal memasuki rumah ini memang sudah sangat sepi.
"ya.."jawab Raka singkat.
"keluarga kamu kemana?"
"mereka udah meninggal" aku terhenyak lalu mengusap punggungnya sembari terus membersihkan darahnya.
"oh ya..kamu mau tau siapa mereka?"tanya Raka.
"orang yg mukulin kamu?" Raka mengangguk.
"dulu..disekolah yg lama..aku mergokin mereka..lagi..merkosa cewek ditoilet.. Aku tau mereka mau seneng seneng,buktinya salah satu dari mereka ngerekam perlakuan jahat itu pake handycam.. Aku nggak bisa apa apa,karna aku pasti bakal kalah sama mereka..jadi aku ngelaporin ke satpam. Mereka kabur dan handycam nya jatuh.. Aku sempat ngambil CD nya,rencananya mau aku kasih polisi..tapi..CD itu jatuh kesungai, mereka tau aku yg ngambil CD itu karna waktu mereka kabur mereka sempat liat aku..sampe sekarang mereka masih ngira kalo CD itu ada sama aku, mereka selalu ngejar ngejar aku..bahkan mereka.." Raka terdiam lalu menyusut butiran disudut matanya.
"mereka bunuh orang tua aku" katanya sedih. Aku terkejut. Adakah manusia sekeji mereka itu?
"mereka bakar rumah lama aku dan orang tuaku meninggal,cuma aku yg selamat.."
"kamu nggak dendam?" ia tersenyum mendengar pertanyaanku
Bersambung,...
Langganan:
Postingan (Atom)