Tampilkan postingan dengan label Bagian 13. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bagian 13. Tampilkan semua postingan
Cerpen Seru: The Pursuit Of Love #13
Karin dan Gracia bertambah heran ketika Daniel melewati mereka begitu saja tanpa ocehan, omelan maupun teguran. Lelaki itu langsung masuk ke dalm ruangannya.
"Dia kerasukan setan apa?" gumam Gracia tak mengalihkan pandangan dari pintu ruangan yang telah di tutup Daniel.
"Yang benar saja! Bagaimana bisa setan kerasukan setan?" celetuk Karin. Gracia tertawa kecil mendengarnya.
"Aku penasaran, biar ku tanyakan padanya!" kata Karin nekad, gadis itu segera meninggalkan ruangannya dan berjalan mendekati pintu ruangan Daniel. Sebelum masuk, ia menoleh kearah Gracia yang masih duduk diatas meja nya.
"Kau tidak mau ikut?"
"Kau saja.. Aku berdoa disini, semoga kau keluar masih bisa tersenyum"
Karin mengerucutkan bibirnya lalu membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan itu. Terlihat Daniel yang tengah duduk diatas sofa dengan muka pasrah dan pandangan menerawang.
"Heh! Kau kenapa hah?!" tanya Karin tak sopan. Daniel meliriknya sekilas lalu kembali menerawang. Karin mengernyit kemudian duduk di depannya.
"Kau habis bertemu hantu hah?" tanya Karin, kali ini ia benar-benar tidak bisa menyembunyikan raut penasarannya. Daniel tak menjawab, membuat Karin semakin penasaran.
"Jangan-jangan benar kau kerasukan! Aku baru tau, ternyata setan bisa kerasukan juga.." gumam Karin lalu tertawa sendiri, tawa garingnya itu langsung terhenti ketika melihat Daniel yang tak juga merubah ekspresinya.
"Tan! Kau ini kenapa?" tanya Karin sambil menggebrak meja dengan penuh emosi, ia paling tidak tahan jika di buat penasaran, apalagi jika lawan bicaranya hanya diam seperti patung congek begini.
Daniel mendelik kearahnya, kilatan matanya yang tajam itu seketika membuat Karin ciut, ia jadi ingat tadi pagi, saat Daniel mendekati wajahnya. Aduh, itu sangat mengerikan baginya.
"Hey.. Kau ini kenapa? Ada masalah heum?" tanya Karin, kali ini suaranya jauh lebih lembut.
Daniel masih tak menjawab dan menatapnya tajam. Karin semakin ciut, menelan ludah saja sudah seperti menelan duri.
"Kau.. Jangan.. Memandangku seperti itu.." ucap Karin dengan suara yang super halus, nyaris tak terdengar.
"A-aku.. Tidak bermaksud.. Ikut campur.. Tapi.."
Glek! Sepasang mata Karin membelalak lebar saat Daniel tiba bangkit dari duduknya dan menerkam dirinya. Lelaki itu mencekal kuat kedua lengannya dan mata almond nya menusuk manik mata Karin.
"A-apa yang.." suara Karin mendadak hilang dan tenggorokannya menjadi sakit hanya untuk sekedar berbicara. Ya ampun.. Ini lebih mengerikan dari tadi pagi.
Daniel terus menatapnya seperti serigala yang hendak memangsanya, Karin gemetaran apalagi ketika merasakan wajah Daniel semakin mendekat kearahnya.
"K-kau.." Karin mengutuk, betapa keras ia berusaha untuk melawan tapi ia sama sekali tak bisa bergerak. Tubuhnya mendadak kaku dan lidahnya benar-benar terasa kelu.
"Aku.." Daniel berucap pelan. Karin menahan nafas, jantungnya berdegup begitu kencang seperti baru saja lari maraton.
"Aku.. Aku lapar!"
Untuk kedua kalinya, sepasang mata Karin membelalak. Mendengar apa yang baru saja di ucapkan Daniel membuatnya benar-benar terkejut. Lapar? Hanya karena lapar sampai membuatnya jantungan begini?
"Aku belum makan siang, temani aku!" ujar Daniel yang sudah menjauh dari Karin, lelaki itu melonggarkan ikatan dasi yang terasa mencekik lehernya lalu mengambil dompet dan ponsel di dalam tasnya, kemudian beranjak menuju pintu.
Karin masih terduduk. Shock! Ia lebih shock dari tadi pagi.
"Heh! Cepatlah.. Kau mau membuatku mati kelaparan hah?!" seru Daniel yang sudah setengah keluar dari ruangannya. Karin berdehem kecil lalu segera berdiri, merapikan sedikit pakaiannya dan melangkah menyusul bosnya itu.
Sial. Karin tak henti-hentinya mengutuki lelaki itu yang sudah dua kali mempermainkannya.
"Karin.. Mau kemana?" tanya Gracia setengah berbisik saat Karin baru keluar sementara Daniel sudah hampir mencapai lift.
"Menemani setan gila itu makan!" sahut Karin dengan wajah tak bersahabat.
***
Berulang kali Karin melirik jam tangannya. Sudah lebih satu jam gadis itu duduk disini, menemani Daniel makan siang. Gadis itu tak henti mendesah sambil memandangi Daniel ya makannya.. Sumpah! Seperti siput. Benar-benar lelet, bahkan satu suapannya itu lebih sedikit daripada suapan untuk bayi. Karin benar-benar frustasi menghadapinya, hari pertama saja sudah seperti ini, bagaimana dengan hari-hari berikutnya?
"Heh! Kau bisa cepat sedikit tidak?" tanya Karin keki. Daniel memandangnya flat dan menambah kelambatan makannya. Karin menahan diri untuk tidak memekik di Cafe yang ramai pengunjung ini.
"Aku sudah bosan melihatmu makan dari tadi!" desah Karin sambil menselonjorkan kakinya.
"Lalu, kau mau melihat aku mandi?"
"Apa?" mata Karin membola besar. Daniel malah terkekeh.
"Tidak usah kaget begitu! Memangnya aku gila membiarkanmu melihatku mandi?!"
Karin mendengus jengkel dan kembali mengawasi jam tangannya, meskipun ia tidak punya kegiatan lain, tapi tetap saja bosan hanya duduk disini dan melihatnya makan.
"Kau.. Sudah punya pacar?"
READ MORE - Cerpen Seru: The Pursuit Of Love #13
"Dia kerasukan setan apa?" gumam Gracia tak mengalihkan pandangan dari pintu ruangan yang telah di tutup Daniel.
"Yang benar saja! Bagaimana bisa setan kerasukan setan?" celetuk Karin. Gracia tertawa kecil mendengarnya.
"Aku penasaran, biar ku tanyakan padanya!" kata Karin nekad, gadis itu segera meninggalkan ruangannya dan berjalan mendekati pintu ruangan Daniel. Sebelum masuk, ia menoleh kearah Gracia yang masih duduk diatas meja nya.
"Kau tidak mau ikut?"
"Kau saja.. Aku berdoa disini, semoga kau keluar masih bisa tersenyum"
Karin mengerucutkan bibirnya lalu membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan itu. Terlihat Daniel yang tengah duduk diatas sofa dengan muka pasrah dan pandangan menerawang.
"Heh! Kau kenapa hah?!" tanya Karin tak sopan. Daniel meliriknya sekilas lalu kembali menerawang. Karin mengernyit kemudian duduk di depannya.
"Kau habis bertemu hantu hah?" tanya Karin, kali ini ia benar-benar tidak bisa menyembunyikan raut penasarannya. Daniel tak menjawab, membuat Karin semakin penasaran.
"Jangan-jangan benar kau kerasukan! Aku baru tau, ternyata setan bisa kerasukan juga.." gumam Karin lalu tertawa sendiri, tawa garingnya itu langsung terhenti ketika melihat Daniel yang tak juga merubah ekspresinya.
"Tan! Kau ini kenapa?" tanya Karin sambil menggebrak meja dengan penuh emosi, ia paling tidak tahan jika di buat penasaran, apalagi jika lawan bicaranya hanya diam seperti patung congek begini.
Daniel mendelik kearahnya, kilatan matanya yang tajam itu seketika membuat Karin ciut, ia jadi ingat tadi pagi, saat Daniel mendekati wajahnya. Aduh, itu sangat mengerikan baginya.
"Hey.. Kau ini kenapa? Ada masalah heum?" tanya Karin, kali ini suaranya jauh lebih lembut.
Daniel masih tak menjawab dan menatapnya tajam. Karin semakin ciut, menelan ludah saja sudah seperti menelan duri.
"Kau.. Jangan.. Memandangku seperti itu.." ucap Karin dengan suara yang super halus, nyaris tak terdengar.
"A-aku.. Tidak bermaksud.. Ikut campur.. Tapi.."
Glek! Sepasang mata Karin membelalak lebar saat Daniel tiba bangkit dari duduknya dan menerkam dirinya. Lelaki itu mencekal kuat kedua lengannya dan mata almond nya menusuk manik mata Karin.
"A-apa yang.." suara Karin mendadak hilang dan tenggorokannya menjadi sakit hanya untuk sekedar berbicara. Ya ampun.. Ini lebih mengerikan dari tadi pagi.
Daniel terus menatapnya seperti serigala yang hendak memangsanya, Karin gemetaran apalagi ketika merasakan wajah Daniel semakin mendekat kearahnya.
"K-kau.." Karin mengutuk, betapa keras ia berusaha untuk melawan tapi ia sama sekali tak bisa bergerak. Tubuhnya mendadak kaku dan lidahnya benar-benar terasa kelu.
"Aku.." Daniel berucap pelan. Karin menahan nafas, jantungnya berdegup begitu kencang seperti baru saja lari maraton.
"Aku.. Aku lapar!"
Untuk kedua kalinya, sepasang mata Karin membelalak. Mendengar apa yang baru saja di ucapkan Daniel membuatnya benar-benar terkejut. Lapar? Hanya karena lapar sampai membuatnya jantungan begini?
"Aku belum makan siang, temani aku!" ujar Daniel yang sudah menjauh dari Karin, lelaki itu melonggarkan ikatan dasi yang terasa mencekik lehernya lalu mengambil dompet dan ponsel di dalam tasnya, kemudian beranjak menuju pintu.
Karin masih terduduk. Shock! Ia lebih shock dari tadi pagi.
"Heh! Cepatlah.. Kau mau membuatku mati kelaparan hah?!" seru Daniel yang sudah setengah keluar dari ruangannya. Karin berdehem kecil lalu segera berdiri, merapikan sedikit pakaiannya dan melangkah menyusul bosnya itu.
Sial. Karin tak henti-hentinya mengutuki lelaki itu yang sudah dua kali mempermainkannya.
"Karin.. Mau kemana?" tanya Gracia setengah berbisik saat Karin baru keluar sementara Daniel sudah hampir mencapai lift.
"Menemani setan gila itu makan!" sahut Karin dengan wajah tak bersahabat.
***
Berulang kali Karin melirik jam tangannya. Sudah lebih satu jam gadis itu duduk disini, menemani Daniel makan siang. Gadis itu tak henti mendesah sambil memandangi Daniel ya makannya.. Sumpah! Seperti siput. Benar-benar lelet, bahkan satu suapannya itu lebih sedikit daripada suapan untuk bayi. Karin benar-benar frustasi menghadapinya, hari pertama saja sudah seperti ini, bagaimana dengan hari-hari berikutnya?
"Heh! Kau bisa cepat sedikit tidak?" tanya Karin keki. Daniel memandangnya flat dan menambah kelambatan makannya. Karin menahan diri untuk tidak memekik di Cafe yang ramai pengunjung ini.
"Aku sudah bosan melihatmu makan dari tadi!" desah Karin sambil menselonjorkan kakinya.
"Lalu, kau mau melihat aku mandi?"
"Apa?" mata Karin membola besar. Daniel malah terkekeh.
"Tidak usah kaget begitu! Memangnya aku gila membiarkanmu melihatku mandi?!"
Karin mendengus jengkel dan kembali mengawasi jam tangannya, meskipun ia tidak punya kegiatan lain, tapi tetap saja bosan hanya duduk disini dan melihatnya makan.
"Kau.. Sudah punya pacar?"
kumpulan Cerpen Seru : In My Dream | Bagian Ketigabelas
Kumpulan Cerpen Seru : In My Dream | Bagian Ketigabelas ~ "dendam?buat apa?aku nggak dendam walaupun itu rasanya sakit banget..biar Tuhan aja yg balas mereka" tuturnya sambil tersenyum yg kupastikan adalah senyum yg dipaksakan. Aku menatapnya antara iba dan sayang. Mulia sekali hatinya.
"aku antar pulang!" katanya sambil bersiap bangkit.
"luka kamu belum diperban!" tukasku, ia yg sudah berdiri terhuyung duduk mungkin karna sakit dikepalanya.
"sini" ujarku sambil mengambil perban dan membalut lukanya dengan telaten. Selesai!
"ah,udah mendingan..ayo! Ntar orang tua kamu nyariin" katanya sambil mengulurkan tangan padaku. Aku meraihnya dan diapun mengantarku pulang. Meskipun aku rada rada khawatir juga kalau bertemu orang orang jahat itu lagi.
***
Hari ini hampir setiap menitnya kuhabiskan dengan Raka. Kami bahkan bolos sekolah dan duduk dibelakang sekolah. Ini kemauanku! Aku memaksa ikut membolos bersamanya. Awalnya hanya satu mata pelajaran tapi ternyata aku ketagihan dan jadilah kami membolos disemua mata pelajaran hari ini. Entah apa yg kunikmati dengannya disini? Hanya duduk berdampingan. Membaca komik masing masing dan susah payah menahan tawa. Setelah bosan baca komik, kami bermain game di HP masing masing. Game yang sama dan bersaing menakhlukkan level demi level. Ketika sekolah sepi karena semua sudah pulang, dia mulai menyanyikan lagu untukku. Meskipun tanpa musik,lagu itu tetap enak didengar karena suaranya yg merdu.
"Nita.."
"hm?"
"mungkin ini..pertemuan terakhir kita" ucapannya sedikit membuatku tersentak. Ku tatap wajahnya yg meneduhkan.
"maksud kamu apa?"
"setiap pertemuan pasti ada perpisahan kan?mulai sekarang..kita nggak usah ketemu lagi..aku takut..kamu akan ikut dalam bahaya.."
"kamu kenapa sih?"
"aku rasa..kita harus berpisah..anggap kita nggak pernah ketemu oke?" ia beranjak dari tempatnya kemudian pergi meninggalkanku. Aku tercengang. Apa ini? Setelah apa yg kami lalui bersama, sekarang dia mau pergi? Menyuruhku menganggap kami tak pernah bertemu? Dia gila! Air mataku menetes entah karna apa.
"aku antar pulang!" katanya sambil bersiap bangkit.
"luka kamu belum diperban!" tukasku, ia yg sudah berdiri terhuyung duduk mungkin karna sakit dikepalanya.
"sini" ujarku sambil mengambil perban dan membalut lukanya dengan telaten. Selesai!
"ah,udah mendingan..ayo! Ntar orang tua kamu nyariin" katanya sambil mengulurkan tangan padaku. Aku meraihnya dan diapun mengantarku pulang. Meskipun aku rada rada khawatir juga kalau bertemu orang orang jahat itu lagi.
***
Hari ini hampir setiap menitnya kuhabiskan dengan Raka. Kami bahkan bolos sekolah dan duduk dibelakang sekolah. Ini kemauanku! Aku memaksa ikut membolos bersamanya. Awalnya hanya satu mata pelajaran tapi ternyata aku ketagihan dan jadilah kami membolos disemua mata pelajaran hari ini. Entah apa yg kunikmati dengannya disini? Hanya duduk berdampingan. Membaca komik masing masing dan susah payah menahan tawa. Setelah bosan baca komik, kami bermain game di HP masing masing. Game yang sama dan bersaing menakhlukkan level demi level. Ketika sekolah sepi karena semua sudah pulang, dia mulai menyanyikan lagu untukku. Meskipun tanpa musik,lagu itu tetap enak didengar karena suaranya yg merdu.
"Nita.."
"hm?"
"mungkin ini..pertemuan terakhir kita" ucapannya sedikit membuatku tersentak. Ku tatap wajahnya yg meneduhkan.
"maksud kamu apa?"
"setiap pertemuan pasti ada perpisahan kan?mulai sekarang..kita nggak usah ketemu lagi..aku takut..kamu akan ikut dalam bahaya.."
"kamu kenapa sih?"
"aku rasa..kita harus berpisah..anggap kita nggak pernah ketemu oke?" ia beranjak dari tempatnya kemudian pergi meninggalkanku. Aku tercengang. Apa ini? Setelah apa yg kami lalui bersama, sekarang dia mau pergi? Menyuruhku menganggap kami tak pernah bertemu? Dia gila! Air mataku menetes entah karna apa.
Bersambung,...
Langganan:
Postingan (Atom)