Tampilkan postingan dengan label Bagian 17. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bagian 17. Tampilkan semua postingan
Cerpen Seru: The Pursuit Of Love #17
"Aish! Dia mau menggodaku lagi?!" batin Karin saat melihat Daniel bergerak mendekatinya. Gadis itu menarik nafas, berusaha menguatkan jantungnya. Jantungnya tidak boleh lemah menghadapi godaan setan seperti ini. Ia harus membiasakan diri.
"Jangan mendekat!" tukas Karin sambil mengacungkan telunjuknya kearah Daniel, gadis itu bergerak mundur. Daniel terkekeh dengan ancamannya dan tambah mendekat.
"Lalu.. Yang kau bilang 'Tidak salah juga, aku menciumnya'.. Itu maksudnya apa?" tanya Daniel dengan tatapan menggoda. Kakinya terus melangkah, mengikuti Karin yang terus mundur.
"Dia dengar semuanya! Aaa...!" Karin menjerit dalam hati, wajahnya bertambah merah bercampur pucat (?)
"Itu.. Itu.. Hanya.."
"Mengakulah saja.. Dari awal, kau memang sudah suka padaku kan?"
"Ti-tidak!"
Daniel tersenyum miring, menandakan bahwa dirinya benar-benar senang menggoda sekretaris barunya. Ia terus saja mengikuti kemanapun Karin mundur, mereka bahkan sudah hampir mengelilingi ruangan Daniel.
"Lalu kenapa kau bilang tidak salah juga menciumku?"
"Kapan aku bilang seperti itu?! Kau jangan mengada-ada!"
"Itu memang ada!"
"Tidak! Aku tidak pernah bilang begitu! Ku peringatkan kau untuk tidak mendekat lagi atau aku akan menendang kakimu!" ancam Karin. Daniel hanya tertawa kecil dan tanpa takut, semakin mendekat.
"Berhenti!!" teriak Karin frustasi. Daniel menghentakkan kakinya seolah ingin melompat keatas Karin, dan seketika itu juga, Karin menjerit dan berlari keluar dari ruangan Daniel.
Tawa Daniel pecah dan lelaki itu terduduk di sofa sambil tetap tertawa.
***
"Dia masih tertawa.." gerutu Karin dengan bibir mengerucut. Matanya memandang jengah pintu ruang kerja Daniel. Dari dalamnya masih terdengar suara tawa Daniel yang sepertinya sedang sangat bahagia.
Karin benar-benar malu, kesal, marah dan juga keki. Ingin rasanya mencabut pita suara lelaki itu sekarang juga. Namun, apalah daya, dirinya bukan seseorang yang dapat melakukan hal itu.
"Karin.. Ada apa dengan direktur?" tanya Gracia yang muncul dengan beberapa map di tangannya. Kening gadis itu nampak berkerut mendengar suara tawa Daniel yang sesekali terputus namun beberapa detik kemudian terdengar lagi.
"Dia sudah gila! Pekerjaan sebagai direktur di usianya yang masih muda membuatnya gila!" sahut Karin dengan wajah kesal. Kalau saja Gracia tahu apa yang menyebabkan Daniel tertawa, Karin yakin, Graciapun akan ikut tertawa. Oleh karenanya, ia tak mau teman barunya itu tau.
"Ya ampun.. Dia aneh sekali.. Oh iya Karin, ini beberapa berkas yang harus direktur tanda tangani, ini untuk rapat sore ini, jadi sebaiknya kau bergegas.." ucap Gracia sembari meletakkan map-map yang di bawanya diatas meja Karin. Karin melongos nyaris menangis.
"Kau saja yang bawakan padanya.." rengeknya.
"Eh, ini kan tugasmu.. Sudah ya, aku masih ada pekerjaan, cepat kau serahkan padanya.." kata Gracia, dan gadis itu segera melangkah pergi.
Karin menggerutu, kenapa ia harus masuk lagi ke kandang setan itu. Bisa-bisa dirinya terkena ambien saat ini juga.
Dengan amat terpaksa, Karin pun mengambil map-map yang di tinggalkan Gracia lalu beranjak dari mejanya dan mendekati pintu ruangan Daniel. Ia tak langsung masuk, melainkan berdiri disana sambil menghela nafas berpuluh-puluh kali.
"Bagaimana jika dia mengerjaiku lagi? Aduh.. Jantungku belum terbiasa.. Bagaimana ini?" keluh Karin seraya memukul-mukulkan tumpukan map itu ke wajahnya. Ia kemudian berbalik, memunggungi pintu ruangan Daniel.
"Tawanya sudah berhenti.." gumam Karin yang memang sudah tak mendengar lagi suara tawa Daniel. Gadis itu kemudian mengelus-elus dadanya, seolah tengah menenangkannya.
"Baiklah! Aku harus berani! Dia tidak boleh terus-terusan menjajahku!" seru Karin menyemangati diri sendiri, gadis itu lalu berbalik dan memutar kenop pintu tapi dari dalam, Danielpun sedang melakukan hal yang sama.
Daniel menarik pintu ruangannya dengan keras sehingga menyebabkan Karin yang tenaganya kecil itu langsung tertarik dan menghantam tubuhnya. Keduanya menyurut mundur, Karin meringis sembari mengelus-elus hidungnya yang terbentur dada bidang Daniel.
"Heh! Kau ini apa-apaan?" bentak Daniel.
"Apa-apaan apa?! Kau yang apa-apaan?! Kenapa kau membuka pintu tanpa memberitanda?!" pekik Karin tak mau diam. Daniel mendesis.
"Maksudmu aku harus klakson dulu sebelum membuka pintu begitu?! Kau sendiri mau apa, membuka pintu ruanganku hah?! Kau mengintip ya?!"
"Apa? Mengintip? Apa yang mau ku intip! Memangnya kau sedang mandi?!" cerocos Karin emosi.
"Lalu mau apa? Mau melihatku tidur lagi?!"
"Tidur apa?! Kau bahkan tidak berhenti tertawa dari tadi!"
"Bagaimana aku tidak tertawa?! Mengingat wajah konyolmu saja membuatku sakit perut!"
"Kau pikir aku tidak sakit perut menghadapimu?! Ini! Tanda tangani semua itu! Kau harus cepat karena itu untuk rapat sore ini!" ujar Karin sambil menyodorkan tumpukan map ditangannya pada Daniel sementara Daniel memandangnya jijik.
"Aku malas! Kau saja yang tanda tangan!" ucap Daniel lantas melangkah pergi.
READ MORE - Cerpen Seru: The Pursuit Of Love #17
"Jangan mendekat!" tukas Karin sambil mengacungkan telunjuknya kearah Daniel, gadis itu bergerak mundur. Daniel terkekeh dengan ancamannya dan tambah mendekat.
"Lalu.. Yang kau bilang 'Tidak salah juga, aku menciumnya'.. Itu maksudnya apa?" tanya Daniel dengan tatapan menggoda. Kakinya terus melangkah, mengikuti Karin yang terus mundur.
"Dia dengar semuanya! Aaa...!" Karin menjerit dalam hati, wajahnya bertambah merah bercampur pucat (?)
"Itu.. Itu.. Hanya.."
"Mengakulah saja.. Dari awal, kau memang sudah suka padaku kan?"
"Ti-tidak!"
Daniel tersenyum miring, menandakan bahwa dirinya benar-benar senang menggoda sekretaris barunya. Ia terus saja mengikuti kemanapun Karin mundur, mereka bahkan sudah hampir mengelilingi ruangan Daniel.
"Lalu kenapa kau bilang tidak salah juga menciumku?"
"Kapan aku bilang seperti itu?! Kau jangan mengada-ada!"
"Itu memang ada!"
"Tidak! Aku tidak pernah bilang begitu! Ku peringatkan kau untuk tidak mendekat lagi atau aku akan menendang kakimu!" ancam Karin. Daniel hanya tertawa kecil dan tanpa takut, semakin mendekat.
"Berhenti!!" teriak Karin frustasi. Daniel menghentakkan kakinya seolah ingin melompat keatas Karin, dan seketika itu juga, Karin menjerit dan berlari keluar dari ruangan Daniel.
Tawa Daniel pecah dan lelaki itu terduduk di sofa sambil tetap tertawa.
***
"Dia masih tertawa.." gerutu Karin dengan bibir mengerucut. Matanya memandang jengah pintu ruang kerja Daniel. Dari dalamnya masih terdengar suara tawa Daniel yang sepertinya sedang sangat bahagia.
Karin benar-benar malu, kesal, marah dan juga keki. Ingin rasanya mencabut pita suara lelaki itu sekarang juga. Namun, apalah daya, dirinya bukan seseorang yang dapat melakukan hal itu.
"Karin.. Ada apa dengan direktur?" tanya Gracia yang muncul dengan beberapa map di tangannya. Kening gadis itu nampak berkerut mendengar suara tawa Daniel yang sesekali terputus namun beberapa detik kemudian terdengar lagi.
"Dia sudah gila! Pekerjaan sebagai direktur di usianya yang masih muda membuatnya gila!" sahut Karin dengan wajah kesal. Kalau saja Gracia tahu apa yang menyebabkan Daniel tertawa, Karin yakin, Graciapun akan ikut tertawa. Oleh karenanya, ia tak mau teman barunya itu tau.
"Ya ampun.. Dia aneh sekali.. Oh iya Karin, ini beberapa berkas yang harus direktur tanda tangani, ini untuk rapat sore ini, jadi sebaiknya kau bergegas.." ucap Gracia sembari meletakkan map-map yang di bawanya diatas meja Karin. Karin melongos nyaris menangis.
"Kau saja yang bawakan padanya.." rengeknya.
"Eh, ini kan tugasmu.. Sudah ya, aku masih ada pekerjaan, cepat kau serahkan padanya.." kata Gracia, dan gadis itu segera melangkah pergi.
Karin menggerutu, kenapa ia harus masuk lagi ke kandang setan itu. Bisa-bisa dirinya terkena ambien saat ini juga.
Dengan amat terpaksa, Karin pun mengambil map-map yang di tinggalkan Gracia lalu beranjak dari mejanya dan mendekati pintu ruangan Daniel. Ia tak langsung masuk, melainkan berdiri disana sambil menghela nafas berpuluh-puluh kali.
"Bagaimana jika dia mengerjaiku lagi? Aduh.. Jantungku belum terbiasa.. Bagaimana ini?" keluh Karin seraya memukul-mukulkan tumpukan map itu ke wajahnya. Ia kemudian berbalik, memunggungi pintu ruangan Daniel.
"Tawanya sudah berhenti.." gumam Karin yang memang sudah tak mendengar lagi suara tawa Daniel. Gadis itu kemudian mengelus-elus dadanya, seolah tengah menenangkannya.
"Baiklah! Aku harus berani! Dia tidak boleh terus-terusan menjajahku!" seru Karin menyemangati diri sendiri, gadis itu lalu berbalik dan memutar kenop pintu tapi dari dalam, Danielpun sedang melakukan hal yang sama.
Daniel menarik pintu ruangannya dengan keras sehingga menyebabkan Karin yang tenaganya kecil itu langsung tertarik dan menghantam tubuhnya. Keduanya menyurut mundur, Karin meringis sembari mengelus-elus hidungnya yang terbentur dada bidang Daniel.
"Heh! Kau ini apa-apaan?" bentak Daniel.
"Apa-apaan apa?! Kau yang apa-apaan?! Kenapa kau membuka pintu tanpa memberitanda?!" pekik Karin tak mau diam. Daniel mendesis.
"Maksudmu aku harus klakson dulu sebelum membuka pintu begitu?! Kau sendiri mau apa, membuka pintu ruanganku hah?! Kau mengintip ya?!"
"Apa? Mengintip? Apa yang mau ku intip! Memangnya kau sedang mandi?!" cerocos Karin emosi.
"Lalu mau apa? Mau melihatku tidur lagi?!"
"Tidur apa?! Kau bahkan tidak berhenti tertawa dari tadi!"
"Bagaimana aku tidak tertawa?! Mengingat wajah konyolmu saja membuatku sakit perut!"
"Kau pikir aku tidak sakit perut menghadapimu?! Ini! Tanda tangani semua itu! Kau harus cepat karena itu untuk rapat sore ini!" ujar Karin sambil menyodorkan tumpukan map ditangannya pada Daniel sementara Daniel memandangnya jijik.
"Aku malas! Kau saja yang tanda tangan!" ucap Daniel lantas melangkah pergi.
Langganan:
Postingan (Atom)