Tampilkan postingan dengan label Bagian 8. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bagian 8. Tampilkan semua postingan
Cerpen Seru: The Pursuit Of Love #8
Rapat baru saja selesai, membicarakan suatu hal yang menurut Daniel sama sekali tidak penting. Menjalin persahabatan dengan perusahaan lain benar-benar membuatnya bosan.
Ditambah lagi, selepas mengantar client pergi tadi, Daniel di tegur oleh Mamanya karena tidak memiliki sekretaris baru setelah sekretaris lamanya mengundurkan diri, bahkan Mamanya itu menawarkan untuk mencarikan sekretaris baru untuknya tapi Daniel menolak, mengatakan bahwa dirinya sudah punya calon sendiri.
Daniel tiba diruangannya dan segera merebahkan tubuhnya di atas sofa, berbaring sejenak untuk menghilang denyutan di kepalanya. Matanya baru saja hendak terpejam ketika tiba-tiba seseorang mendobrak pintu ruangannya dengan cukup keras.
Daniel terlonjak kaget dan posisinya seketika berubah menjadi duduk. Jantungnya berdebar kencang nyaris copot.
"Heh! Apa-apaan kau? Beraninya mendobrak pintuku! Dimana sopan santunmu hah?!" teriak Daniel kesal. Tiba-tiba rasa kesalnya itu sirna ketika menyadari bahwa yang mendobrak pintu ruangannya itu adalah Karin. Senyum Daniel terkembang singkat disudut bibirnya.
"Mau apa kau kesini hah?" tanya Daniel jutek. Karin malangkah masuk dan berdiri di depannya.
"Aku terima pekerjaan yang kau bilang kemarin!"
"Apa maksudmu?" tanya Daniel dengan wajah innocent.
"Kemarin perusahaanmu menghubungiku dan bilang bahwa aku diterima bekerja disini kan?"
"Tapi kau bilang tidak melamar kerja disini? Lagipula kau menolaknya dengan sangat tegas kemarin" kata Daniel dengan evil smirknya. Karin memejamkan mata sebentar sambil menarik nafas dan melepasnya.
"Aku berubah pikiran"
"Aku juga berubah pikiran!"
"Heh! Mana boleh begitu? Kemarin kau sendiri yang menyuruhku berpikir dulu lalu datang kemari kalau aku berubah pikiran!"
"Tapi kurasa kau tidak butuh pekerjaan ini, iya kan?" Daniel berusaha memancing gadis itu.
"Aku butuh! Pekerjakan aku disini!" pinta Karin dengan nada yang sama sekali tak sopan. Daniel menarik sudut bibirnya dan memandang gadis itu intens.
"Heum.. Bagaimana ya?"
"Ku mohon! Aku butuh pekerjaan! Aku harus membiayai kuliah ku dan aku juga sangat butuh uang saat ini! Ku mohon.. Pekerjakan aku disini.." pinta Karin dan kali ini lebih memelas. Daniel tersenyum puas.
"Lihat, kau benar-benar datang dan memohon padaku!" batin Daniel.
"Tunggu disitu!" seru Daniel kemudian berdiri dan mendorong Karin hingga terduduk di sofa, ia lalu mendekati meja kerjanya dan mengambil secarik kertas putih polos dari atas mejanya, tak lupa mengambil salah satu penanya. Setelah itu, ia kembali duduk di depan Karin.
"Ini.. Tulis surat kontrak!" kata Daniel sambil meletakkan kertas dan pena diatas meja lalu mendorongnya mendekat kearah Karin. Karin memandangnya dan terkekeh.
"Heh! Memangnya kita mau menikah pakai kontrak segala!?"
"Hey.. Semua karyawan di kantorku harus menulis surat kontrak sebelum bekerja, ini untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan terjadi! Sudah.. Tulis saja!" kata Daniel sembari melipat tangan di depan dada.
"Kau mau mempekerjakanku sebagai apa?" tanya Karin sambil meraih pena diatas meja.
"Sekretaris pribadiku" jawab Daniel santai. Karin membolakan matanya dan menatap tak percaya kearah lelaki itu.
"Tidak mau! Tempatkan aku di bagian cleaning service saja!"
"Heh! Disana sudah penuh! Lagipula kau bodoh? Pekerjaan sebagai sekretaris pribadiku adalah impian semua karyawan disini! Kau benar-benar bodoh kalau menolaknya!" tukas Daniel dengan fakta yang diputar balikkan.
"Memangnya tidak ada lowongan di tempat lain? Aku tidak bisa jadi sekretaris.. Aku tidak berpengalaman"
"Di tempat lain tidak ada! Sudah lah terima saja.. Aku akan membimbingmu dengan baik, tenang saja.. Gajinya juga lumayan besar"
Karin terdiam sejenak, yah.. Mau bagaimana lagi. Jika pekerjaan yang bisa di dapatkannya hanya ini, maka tak ada pilihan lain selain menerimanya.
"Baiklah.. Apa yang harus ku tulis?" tanya Karin yang sudah siap mengacungkan ujung pena diatas kertas.
"Tulis disitu.. Aku yang bertanda tangan dibawah ini.." Daniel menggantung kalimatnya, memberi kesempatan pada Karin untuk menulis.
"Apa lagi?"
"Dengan ini menyatakan bahwa aku akan menjadi sekretaris dari pria tampan bernama Daniel Tan.."
"Heh! Apa kita bisa melewatkan bagian itu?" sungut Karin, telinganya merinding mendengar betapa percaya dirinya kata-kata Daniel.
"Tulis saja!" bentak Daniel dan Karin hanya pasrah.
"Aku akan bekerja sepenuh hati dan melakukan tugasku dengan baik.."
"Aku tidak akan melanggar perintahnya apalagi mengundurkan diri.."
"Jika aku melakukannya, maka aku siap tidak di gaji dan di bawa ke pengadilan!"
"Heh! Kenapa harus kepengadilan?" protes Karin. Daniel melotot sebagai tanda bahwa Karin tidak boleh membantah. Gadis itupun menurut pasrah.
"Kau mau bekerja berapa lama?" tanya Daniel. Karin nampak berpikir sejanak.
"Mungkin satu tahun.." jawabnya, mengingat wisudanya satu tahun lagi. Daniel mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Tulis tanggal berlaku dan berakhirnya kontrak itu! Jangan lupa tanda tangan!"
READ MORE - Cerpen Seru: The Pursuit Of Love #8
Ditambah lagi, selepas mengantar client pergi tadi, Daniel di tegur oleh Mamanya karena tidak memiliki sekretaris baru setelah sekretaris lamanya mengundurkan diri, bahkan Mamanya itu menawarkan untuk mencarikan sekretaris baru untuknya tapi Daniel menolak, mengatakan bahwa dirinya sudah punya calon sendiri.
Daniel tiba diruangannya dan segera merebahkan tubuhnya di atas sofa, berbaring sejenak untuk menghilang denyutan di kepalanya. Matanya baru saja hendak terpejam ketika tiba-tiba seseorang mendobrak pintu ruangannya dengan cukup keras.
Daniel terlonjak kaget dan posisinya seketika berubah menjadi duduk. Jantungnya berdebar kencang nyaris copot.
"Heh! Apa-apaan kau? Beraninya mendobrak pintuku! Dimana sopan santunmu hah?!" teriak Daniel kesal. Tiba-tiba rasa kesalnya itu sirna ketika menyadari bahwa yang mendobrak pintu ruangannya itu adalah Karin. Senyum Daniel terkembang singkat disudut bibirnya.
"Mau apa kau kesini hah?" tanya Daniel jutek. Karin malangkah masuk dan berdiri di depannya.
"Aku terima pekerjaan yang kau bilang kemarin!"
"Apa maksudmu?" tanya Daniel dengan wajah innocent.
"Kemarin perusahaanmu menghubungiku dan bilang bahwa aku diterima bekerja disini kan?"
"Tapi kau bilang tidak melamar kerja disini? Lagipula kau menolaknya dengan sangat tegas kemarin" kata Daniel dengan evil smirknya. Karin memejamkan mata sebentar sambil menarik nafas dan melepasnya.
"Aku berubah pikiran"
"Aku juga berubah pikiran!"
"Heh! Mana boleh begitu? Kemarin kau sendiri yang menyuruhku berpikir dulu lalu datang kemari kalau aku berubah pikiran!"
"Tapi kurasa kau tidak butuh pekerjaan ini, iya kan?" Daniel berusaha memancing gadis itu.
"Aku butuh! Pekerjakan aku disini!" pinta Karin dengan nada yang sama sekali tak sopan. Daniel menarik sudut bibirnya dan memandang gadis itu intens.
"Heum.. Bagaimana ya?"
"Ku mohon! Aku butuh pekerjaan! Aku harus membiayai kuliah ku dan aku juga sangat butuh uang saat ini! Ku mohon.. Pekerjakan aku disini.." pinta Karin dan kali ini lebih memelas. Daniel tersenyum puas.
"Lihat, kau benar-benar datang dan memohon padaku!" batin Daniel.
"Tunggu disitu!" seru Daniel kemudian berdiri dan mendorong Karin hingga terduduk di sofa, ia lalu mendekati meja kerjanya dan mengambil secarik kertas putih polos dari atas mejanya, tak lupa mengambil salah satu penanya. Setelah itu, ia kembali duduk di depan Karin.
"Ini.. Tulis surat kontrak!" kata Daniel sambil meletakkan kertas dan pena diatas meja lalu mendorongnya mendekat kearah Karin. Karin memandangnya dan terkekeh.
"Heh! Memangnya kita mau menikah pakai kontrak segala!?"
"Hey.. Semua karyawan di kantorku harus menulis surat kontrak sebelum bekerja, ini untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan terjadi! Sudah.. Tulis saja!" kata Daniel sembari melipat tangan di depan dada.
"Kau mau mempekerjakanku sebagai apa?" tanya Karin sambil meraih pena diatas meja.
"Sekretaris pribadiku" jawab Daniel santai. Karin membolakan matanya dan menatap tak percaya kearah lelaki itu.
"Tidak mau! Tempatkan aku di bagian cleaning service saja!"
"Heh! Disana sudah penuh! Lagipula kau bodoh? Pekerjaan sebagai sekretaris pribadiku adalah impian semua karyawan disini! Kau benar-benar bodoh kalau menolaknya!" tukas Daniel dengan fakta yang diputar balikkan.
"Memangnya tidak ada lowongan di tempat lain? Aku tidak bisa jadi sekretaris.. Aku tidak berpengalaman"
"Di tempat lain tidak ada! Sudah lah terima saja.. Aku akan membimbingmu dengan baik, tenang saja.. Gajinya juga lumayan besar"
Karin terdiam sejenak, yah.. Mau bagaimana lagi. Jika pekerjaan yang bisa di dapatkannya hanya ini, maka tak ada pilihan lain selain menerimanya.
"Baiklah.. Apa yang harus ku tulis?" tanya Karin yang sudah siap mengacungkan ujung pena diatas kertas.
"Tulis disitu.. Aku yang bertanda tangan dibawah ini.." Daniel menggantung kalimatnya, memberi kesempatan pada Karin untuk menulis.
"Apa lagi?"
"Dengan ini menyatakan bahwa aku akan menjadi sekretaris dari pria tampan bernama Daniel Tan.."
"Heh! Apa kita bisa melewatkan bagian itu?" sungut Karin, telinganya merinding mendengar betapa percaya dirinya kata-kata Daniel.
"Tulis saja!" bentak Daniel dan Karin hanya pasrah.
"Aku akan bekerja sepenuh hati dan melakukan tugasku dengan baik.."
"Aku tidak akan melanggar perintahnya apalagi mengundurkan diri.."
"Jika aku melakukannya, maka aku siap tidak di gaji dan di bawa ke pengadilan!"
"Heh! Kenapa harus kepengadilan?" protes Karin. Daniel melotot sebagai tanda bahwa Karin tidak boleh membantah. Gadis itupun menurut pasrah.
"Kau mau bekerja berapa lama?" tanya Daniel. Karin nampak berpikir sejanak.
"Mungkin satu tahun.." jawabnya, mengingat wisudanya satu tahun lagi. Daniel mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Tulis tanggal berlaku dan berakhirnya kontrak itu! Jangan lupa tanda tangan!"
kumpulan Cerpen Seru : In My Dream | Bagian Kedelapan
Kumpulan Cerpen Seru : In My Dream | Bagian Kedelapan ~ Aku menatapnya bingung. Tidak! Dia pasti ingin mempermainkanku. Bagaimana mungkin dia menyukaiku dalam waktu 3 hari? Memangnya menyukai orang semudah itu. Aku diam sambil terus menatapnya wajahnya yang terlihat agak kecewa. Mungkin karena sodoran bunga mawarnya belum juga kuterima.
"aku terlalu buru buru? Maaf..aku nggak mau terlambat. Karna aku tau kalo aku nggak buru buru, mungkin aku nggak akan pernah sempat ngungkapin perasaan ini"
"aku nggak bisa" jawabku yakin. Bukan karena aku tidak menyukainya, tapi ini terlalu cepat. Aku takut kecewa.
Tak sedikitpun terlihat kesedihan diwajahnya. Dia masih sama. Tersenyum teduh dengan paras menawan.
"aku tau kamu nggak bisa..kamu nggak akan semudah itu menyukai seseorang. Beda sama aku yang bisa menyukai bahkan menyayangi kamu dalam hitungan jam! Entah karna apa..aku nggak tau! Yang jelas aku suka kamu.. Oke! Aku udah ngungkapin perasaanku..dan kamu tau? Aku nggak pernah punya keinginan supaya kamu membalas cintaku..aku hanya ingin kamu tau sebelum semuanya terlambat..tolong terima bunga ini sebagai tanda pertemanan kita.." aku menatapnya dengan pelupuk mata yg basah. Mungkin akan segera jatuh, jika saja aku tak cepat cepat menyekanya. Kuambil bunga itu sambil menyunggingkan segaris senyum.
"aku..masuk dulu,udah malem..sampe besok disekolah.." kataku pamit. Ia mengangguk kecil seiring aku membalikkan tubuhku.
Aku sampai didalam kamar, dan kembali kebalkon. Kulihat Raka masih disana. Mengisyaratkan dengan gerakan tangannya seolah memberiku ucapan 'selamat tidur'. Aku tersenyum membalasnya. Ia melambai sebelum berjalan pergi.
Kuhela nafas keras keras. Sesak sekali rasanya. Menolak orang sebaik dia. Aku melangkah masuk kekamar, ku tarik pintu kaca yg mengantarku kebalkon lalu menutup gordennya. Bunga mawar pemberian Raka kuletakkan didalam gelas minum berisi air diatas meja belajarku. Semoga tidak layu. Dengan sigap,aku melompat ketempat tidurku.
"aku terlalu buru buru? Maaf..aku nggak mau terlambat. Karna aku tau kalo aku nggak buru buru, mungkin aku nggak akan pernah sempat ngungkapin perasaan ini"
"aku nggak bisa" jawabku yakin. Bukan karena aku tidak menyukainya, tapi ini terlalu cepat. Aku takut kecewa.
Tak sedikitpun terlihat kesedihan diwajahnya. Dia masih sama. Tersenyum teduh dengan paras menawan.
"aku tau kamu nggak bisa..kamu nggak akan semudah itu menyukai seseorang. Beda sama aku yang bisa menyukai bahkan menyayangi kamu dalam hitungan jam! Entah karna apa..aku nggak tau! Yang jelas aku suka kamu.. Oke! Aku udah ngungkapin perasaanku..dan kamu tau? Aku nggak pernah punya keinginan supaya kamu membalas cintaku..aku hanya ingin kamu tau sebelum semuanya terlambat..tolong terima bunga ini sebagai tanda pertemanan kita.." aku menatapnya dengan pelupuk mata yg basah. Mungkin akan segera jatuh, jika saja aku tak cepat cepat menyekanya. Kuambil bunga itu sambil menyunggingkan segaris senyum.
"aku..masuk dulu,udah malem..sampe besok disekolah.." kataku pamit. Ia mengangguk kecil seiring aku membalikkan tubuhku.
Aku sampai didalam kamar, dan kembali kebalkon. Kulihat Raka masih disana. Mengisyaratkan dengan gerakan tangannya seolah memberiku ucapan 'selamat tidur'. Aku tersenyum membalasnya. Ia melambai sebelum berjalan pergi.
Kuhela nafas keras keras. Sesak sekali rasanya. Menolak orang sebaik dia. Aku melangkah masuk kekamar, ku tarik pintu kaca yg mengantarku kebalkon lalu menutup gordennya. Bunga mawar pemberian Raka kuletakkan didalam gelas minum berisi air diatas meja belajarku. Semoga tidak layu. Dengan sigap,aku melompat ketempat tidurku.
Bersambung,...
Langganan:
Postingan (Atom)