Nuansa Remaja

Blog Remaja Indonesia

Cerpen Cinta : Jadikan Aku Permaisuri Terakhir Mu

Jadikan Aku Permaisuri Terakhir Mu ~ Hmm,, Kali ini saya dikirimkan cerpen oleh salah seorang sahabat baru saya, yaitu Kak Fitria Hariyani dia juga seorang penulis cerpen yang handal dan juga sering mengikuti kompetisi di bidang cerpen. gak sabar pengen lihat cerpen nya? cekidoot dehh ^_^

Angin semilir berhembus, rerumputan dengan indah bergoyang tanpa ada penghalang,suara kicauan burung menambah semaraknya pagi, semakin menambah indahnya pagi. Padi mulai menguning,sekekali terdengar suara embun jatuh dari dahannya. Udara pagi nan segar dan dingin menambah indahnya desaku, desa yang jauh dari kota, yang jauh dari kericuhan, jauh dari segala semaraknya kota. Inilah desaku, penuh dengan alam yang masih sangat almi. Desaku tempat dimana aku lahir, tempat dimana aku menimba ilmu, tempat dimana aku merasakan cinta pertama kali. Tempat dimana aku mulai mencintaii seseorang. Aku sungguh mencintai desaku. Namun aku tag akan mengenang kembalii bagaimana aku bisa hidup didesaku ini, bagaimana aku tumbuh didesaku, bagaimana kehidupanku, namun aku akan mengenang sebuah cerita, yang lumrah dirasakan oleh semua insan didunia ini, yang setiap harii menjadi perbincangan, yang setiap harii menjadi santapan. Ah Cinta, siapa pula yang tak tahu cinta,, bahkan anak yang masih duduk dibangku TK sudah amat mengerti tentang cinta. Cinta, memang sudah lumrah, namun aku akan mengenangnya kembali, bukanlah hal yang dilarang bukan...?
Aku Tia.. aku baru saja menyelesaikan studiku ditinggkat SMA, dah sekarang aku akan memasuki PTS yang jauh dari tempat kelahiranku. Ini adalah kisahku, namun kisah yang terindah bagiku. Kisah yang tak pernah aku banyakan sebelumnya.
                                                

                                                ◊     ◊    ◊

Pagi yang cerah, suara kicauan burung dan ayam beradu menjadi satu, membangunkanku. Desahan angin membuatku malas beranjak dari tempat tidurku. Matahari pagi mulai menampakkan diri dari persembunyiannya. Kubuka jendela kamarku, terlihat padi-padi yang mulai menguning melambai-lambai kearahku seoalah memberi sejuta senyuman untukku.
Hari yang indah tuk mulai merajut mimpi “ gumanku semangat

                                             ◊     ◊    ◊

Aku melangkahkan kakiku menuju halaman rumahku, nampak sepii, hanya ada beberapa siswa yang tengah bercengkrama dengan riangnya . memang rumahku sangat berdekatan dengan salah satu SMA swasta di desaku. Disebrang sana aku melihat sosok yang selama ini aku nanti,, sosok yang selama ini aku cinta. Entah bagaimana awalnya aku mulai mencintainya. Dalam langkah malu-malu kudekati sosoknya, namun ku tak berani memandang wajahnya walau hanya sekilas. Dia tak pernah tau perasaanku padannya. Akupun tak pernah tau apakah dia balas mencintaiku atau tidak. Namun aku cukup bahagia jika setiap hari dapat melihat wajahnya,melihat bayangannya. Entah apa yang membuatku cinta padanya aku tak tau.. semakin hari rasa cinta itu semakin besar.

                                              ◊     ◊    ◊

Waktu terus berjalan, bulan terus berganti. Entah kenapa rasa cinta yang dulunya besar mulai berkurang sedikit demi sedikit. Aku tak tau persis sebabnya, mungkinkah karena dia tak pernah menghiraukanku.
Malam ini, aku duduk sendiri dikamarku, menanti sebuah jawaban yang tak kunjung aku temui. Hatiku resah, aku tak tau harus bagaimana. Aku bingung, aku tak tau apa yang aku resahkan. Inilah hidup berputar tak pernah menentu arahnya, kadang membuatku bingung. Semua ini sungguh benar-benar membuatku tak mengerti.
Dalam kesendirianku tiba-tiba ada seseorang mengetuk kamarku
“ iya.... tunggu bentar bu....”” ujarku sedikit keras sambil terburu-buru membukakan pintu kamarku
“ Ini Loh... ada surat, Ibu gag tau dari siapa, tapi kayaknya untuk kamu nak....” ujar ibuku sembari memberikan surat berwarna biru itu.
“ Makasii bu...” ujarku sembari menutup pintu kamarku.
Dengan rasa penasaran akupun membuka surat itu, ternyata benar, surat itu untuk aku.
Dengan saksama akupun membacanya

Untuk Tia
    Aku tak tau harus bagaimana memulai  menulis surat ini, namun aku harus memulainya sebelum rasa ini hangus terbakar oleh cintamu yang telah menyusup hingga kerelung-relung hatiku. Aku tak berusaha untuk menggombal, namun inilah kenyataan.nya. sungguh
    Aku tak tau harus memulai dari mana mengungkapkan rasa yang membuatku sulit tuk mencari celah-celah cahaya yang menandakan itu cintamu. Bantu aku mengisii setiap relung-relung hatiku. Aku mohon..
    Beri aku sedikit petunjuk akan cintamu,,, aku tak berharap lebih akan cintamu. Namun aku akan datang menemui sebagai pangeran terakhir untukmu. Bantu aku mencari celah dalam hatimu. Aku tak ingin  mati karena cinta yang begitu menyiksaku.
    Aku tau, kita tak boleh mencitai ciptaan Tuhan melebihin cinta kepada Sang pencipta. Aku akui aku memang mencintai sang penciptaku melebihi apapun, namun karena Dialah aku mencintaimu.
    Bantu aku, jangan biarkan sayap-sayapku patah karenamu,, jangan biarkan hatiku menangis karena cintamu. Biarkanlah sayap-sayapku tetap mengepak diatas tubuhmu agar aku bisa melindungimu setiap saat.
    Bantu aku mengobati dahagaku akan cintamu, bantu aku menyembuhkan hatiku yang terkoyak karena merindukanmu, bantu aku mengobati hausku... aku mohon
    Memang kini aku bukan pangeran hatimu, namun yakinlah setiap saat aku kan melindungi dan yakinlah setiap saat aku kan mencintaimu....
Sekali lagi beri tau aku jika kamu mencintaiku. Tatap mataku jika kau juga mencintaiku.
ERI

Menetes air mataku ketika aku selesai membaca surat itu. Kata-katanya begitu romatis, ya setidaknya menurut aku. Penuh dengan kegombalan namun aku sangat menyukainya. Ia Eri, dialah lelaki yang selama ini aku cinta, lelaki yang tak pernah menampakan sedikit senyumnya untukku. Lelaki yang membuatku tak bisa mencintai seseorang. Rasa yang semakin berkurang kini membuncah kembali bagaikan meteor  yang siap menghancurkan siapa saja. Bagaikan luapan rasa yang tak bisa dibendung lagi. Oh hatiku serasa berada dilangit ke-7 saat dia mengutarakan cintanya padaku. Ah betapa girangnya hatiku,, mencintai dan dia membalas cintaku. Tak sabar rasanya aku ingin berjumpa dengannya. Rasa rindu ini sudah begitu membuncah.

“ Aku sungguh mencintaimu, karena sang penciptaku “ kata itu terus terngiang-ngiang dihatiku, tak pernah sedikitpun aku membayangkan begitu besar cintanya padaku, aku tak pernah membayangkan dia akan menemuiku tuk menjadi pangeran terakhirku. Aku sungguh berada pada rasa diujung batas yang sulit aku artikan.
◊     ◊    ◊
Pagi ini langit begitu cerah, secerah hatiku.. hari ini sungguh berbeda. Hari inii dia datang lebih awal dari biasanya. Menungguku disebrang rumahku. Tak kuasa ku tu melihatnya, aku mengintip dari celah jedela kamar adiku, nampak dia disana sedang memandangi rumahku. Ah aku sunggu tak sabar tuk mendekatinya. Dengan langkah malu-malu aku mendekatinya.  Kini aku tepat berada dihadapannya. Tak malu lagi aku memandang matanya, dia menatap wajahku. Sayu-sayu kupandangi matanya. Memberi isyarat padanya bahwa aku juga mencintainya , bahwa aku juga menaruh harapan padanya. wajahku bersimbu merah ketika dia memadangku. Tak ada perbincangan, tak ada komunikasi sama sekali diantara kita, hanya lewat mata kita bernostalgia, berbagi cerita, memuaskan dahaga yang membelenggu,hanya lewat mata ku mengutarakan cintaku. Namun satu yang aku ingin lihat darinya,, senyumnya. Tak ada senyum sedikitpun untukku,espresi wajahnya datar, sehingga aku kesulitan menemukan arti dari pandangannya. Ah aku ingin melihatnya tersenyum walau hanya satu kali saja. Tak lama kami berpandangan, waktu menunjukan pukul  07.00. ayahkupun mengantarku kesekolah. Akupun tak henti melihatnya, dia mencoba mencari bayangnku dari kejauhan mencoba terus melihatku, akupun terus mencari bayangannya sampai dia benar-benar tak terlihat olehku. . .
    Tak terasa bel pulangpun berbunyi. Ingin segera ku berlari kalau perlu aku terbang tuk menyambut sang pangeran hatiku, namun aku tak kuasa. Aku harus menunggu. Aku benci menunggu. Ah tak lama waktu berselang. Aku tiba dirumahku, agak telat dari jadwal biasanya. Namun dia tetap menungguku disebrang rumahku, tak jenuh dia menunggu. Aku bahagia. Cintaku padanya kian memuncak. Kini giliranku yang mencari celah bayangannya ketika dia menjauh dariku. Benar-benar tak ada komunikasi diantara kita. 


                                              

                                          ◊     ◊    ◊


Waktu terus berjalan. Menyisakan kenangan yang tak mungkin terhapus begitu saja. Kenangan yang indah,, kenangan manis. Kini 1 tahun sudah kita memadu kasih. Namun tak sedikitpun kau pernah berbicara padaku, tak sedikitpun kau pernah tersenyum padaku, hanya lewat mata kau dan aku berkomunikasi. Namun bagiku itu sudah lebih dari cukup. Aku tak akan menuntut banyak darimu karena memang aku mencintaimu.
Begitu singgkat waktu yang kujalani dengannya. Begitu indah tak pernah membawa luka. Kisahku denganmu selalu diawali dengan kebahagian dan semoga diakhiri dengan kebahagian pula. Aku selalu ingat kata-katanya, janji-janjinya. Tak pernah kulupakan kata-kata dalam suratnya. Surat itu masih aku simpan rapat-rapat dilemariku, berharap surat itu menjadi penghibur disaat ku rindu, disaat ku sedih. Waktu memang berlalu begitu cepat. Kini dia harus meninggalkan sekolahnya karena dia telah Lulus SMA. Sejak dia lulus, tak ada kabar sedikitpun darinya, aku bimbang tak tau harus mencari kemana dia. Hanya sedikit kabar yang aku peroleh darinya, hanya sedikit yang aku tau tentangnya dari temannya bahwa dia bersekolah disalah satu UNIVERSITAS dikota. Dan sejak saat itu aku bertekat tuk melanjutkan sekolah diuniversitas yang sama dengannya jika aku lulus nanti.
Aku benar-benar bingung, aku benar-benar tak mengerti, dia meninggalkanku tanpa ada janji terukir darinya, tanpa adanya salam perpisahan, tanpa adanya surat. Dia benar-benar pergi meninggalkanku. Tanpa meninggalkan sesuatu yang bisa kami jadikan alat tuk berkomuniasi. Ya Tuhan aku sungguh mencintainya. Kan kusimpan rapat-rapat sampai kau pertemukan kami kembali.

                                             ◊     ◊    ◊


2 tahun sudah berlalu, sejak sekian lama menunggu akhirnya aku lulus Dari SMA, dan berharap aku bisa satu universitas dengannya. Aku tetap masih mencintaainya sampai sekarang. Rasa ini tak akan pernah terganti untuknya. Kamu dimana? Benar-benar tak ada sedikitpun kabar darimu, benar-benar kamu menghilang dariku. Aku merindukanmu.
Aku mencoba mendaftar masuk di universitasnya. Namun betapa kecewanya hatiku, aku tak berhasil menembusnya. Mungkin Tuhan belum mempunyai Rencana untuk kita berdua.
Lambat waktu berjalan bagiku, aku benar-benar merindukannya. Namun tak ada sedikitpun kabar darinya. Dan kini aku akan pergi jauh dari desa kelahiranku,pergi jauh dari tempat dimana kita sering memadu kasih, tempat kita bernostalgia berdua. Ah Tuhan mempunya rencana lain untuk kita. Tenanglah.


                                                   ◊     ◊    ◊

    Malam yang sepi, ditaburi banyak bintang, hari ini cukup menggembirakan bagiku, aku menerima sepucuk surat darinya. Menjawab semua penantianku selama bertahun-tahun. Mengobati hausku akan cintanya. Mengobati dahagaku yang telah lama kering. Menggobati hatiku yang telah lama terkoyak karena ciintanya.
 Tia
Sayang.....
Maafkanlah aku yang tak pernah memberi kabar padamu,,,,
Bukannya aku tak mencinta, bukannya aku perpaling,,, namun karena aku mempunyai rencana lain tug masa depan kita. Tenanglah kasih aku tak akan pernah berpaling. Aku selalu mencintaimu.
Kasih aku selalu menepati janjiku tuk slalu menjagamu, aku slalu memantaumu walau dari jauh, aku slalu mendengar kabar tentang.mu walau kita berjauahan
Tia, aku mendengar kabar keberangkatanmu minggu ini, betapa terkoyak hatiku mendengarnya,hatiku hancur, namun aku harus mengikhlaskanmu. Berjanjilah padaku, kau akan tetap mencintaiku...
Tolonglah aku,,, jangan lupakanlah aku, berjanjilah padaku suatau saat nanti kau akan kembali tug mengobati dahagaku. Berjanjilah jika kau tak akan berpaling? Sungguh. Aku yakin pastii kau masih mencintaiku.....
Jika kau kembali nanti. Akan ku tunggu kau, ditempat kita bernostalgia dulu, tempat kita pertama memadu kisah, memadu cinta, memadu rindu... tetaplah mencintaiku, aku kan menunggumu dan suatu saat nanti aku kan menemuimu dan menjadikanmu permaisuri terakhirku, karena aku tau kau cinta sejatiku.
Kasih tenanglah, Tuhan punya rencana lain untuk kita.. kasiih ketauilah selama ini aku tag pernah mengajakmu berbicara, tak pernah menyentuhmu, tak pernah bisa memilikimu seutuhnya. Karena aku mau kau menjadi halal bagiku, baru aku kan menyerahkan semuanya untukku. Aku tak ingin menodaimu karena cintaku walau hanya menyentuh jemarimu, aku tak ingin mengotori orang yang paling aku cintai walau hanya membelai rambutmu. Cukuplah dengan memandang matamu ku bisa merasakan cintamu, walau aku tau aku telah merusakmu dengan mengotori matamu. Kasih, aku tag ingin memilikimu kini, aku hanya ingin memeliki seutuhnya, menjadikanmu halal bagiku, memilikimu dengan sempurna.
Percayalah, jika kusukses nanti, aku kan membawamu ke altar suci tuk mengikat tali suci kita untuk selamanya sehidup sematiku. AKU SUNGGUH MENCINTAIMU KARENA SANG PENCIPTAKU.

Eri

Hilang sudah keraguanku akannya. Cintaku makin besar untuknya. Dan percayalah aku juga mencintainya karena sang penciptaku. Kan ku tunggu diia, kan ku tunggu sampai Tuhan benar-benar menyatukan aku dengannya. Akan ku tunggu janjinya. Karena memang dialah cintaku.


                                                     ◊     ◊    ◊


Waktu terus berjalan., 5 tahun sudah semenjak aku membaca surat terakhir darinya. Tak pernah ada sedikitpun komunikasi diantara kita. Namun aku selalu setia menanti kehadirannya. Tak pernah terpesit dipikiranku tuk menggantikannya dengan yang lain, walau banyak cinta yang datang, aku menolak. Tetap setia menunggu kedatangannya, sampai Tuhan menyatukan kita kembali. Kini aku sudah menyelesaikan Studiku di yogyakarta, dan bekerja disalah satu rumah sakit. Alhamdulillah aku telah memiliki gaji sendiri yang lumayan besar. Namun umuurku juga sudah dikatakan dewasa, orang tuaku menuntutku untuk segera menikah. Namun aku slalu menolaknya. Aku masih menunggu janjinya. Tak perduli aku menjadi perawan tua. Aku tetap akan menunggunya. Karena aku yakin Tuhan akan mempertemukan kita.
 

                                                   ◊     ◊    ◊


Pagi yang cerah,, aku berjalan-jalan dikompleks desaku, sendiri, slalu menunggu kehadirannya. Aku menatap tempat dimana kami sering bernostalgia, namun kehadirannya tak kunjung aku dapatkan. Hatiku serasa ada yang kosong, ada yang hilang. Namun ketika aku sedih aku slalu membaca surat terakhir darinya membuatku bersemangat menjalani hariku tnpanya. Ah tak terasa waktu menunjukan pukul 07.00 aku bergegas menuju rumahku. Namun ada yang berbeda, rumahku dipenuhi banyak orang. Aku bergegas masuk. Seketika wajah yang selama ini aku rindukan berada dihadapanku, membawa sejuta kejutan. Mengobati jiwaku yang kosong. Dia datang menepati janjinya menjadikan aku permaisuri terakhir untuknya. Dia datang melamrku, mengajaku ke altar suci, menjaadikan aku halal untuknya.
“ Maukah kamu menikah denganku, menjadi permaisuri terakhirku? “ujarnya penuh keyakinan. Dan detik itu juga aku mengiyakan lamarannya. Senyumnya merekah. Baru kali ini aku melihatnya tersenyum. Sunggu manis. Sangat manis pengeran terakhirku ini. Aku sunggu bahagia. Terimakasih Tuhan kau telah mempertemukan kami. Inilah buah dari kesabaranku. Kini dia akan menjadi halal bagiku dan aku akan slalu melihatnya tersenyum. Senyum yang hanya miliku.


sumber Image : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoNVq2wn_XigHxKmJrCwV3p9PABBAQtyAxDHfjxRjC3pFp8UL1ySwp8Kr_qEC_ZGN5MXCLYwPwymkuPtF0hyphenhyphenRzA3lufuXFyhdC4weiHq1hvOC3yVC6HcDzyK6H63rriUnVe0WpVVicuEDc/s320/dess.jpg
                                 
                                                      ---THE END ---

Biografi Penulis
NAMA : NURFITRIA HARIYANI
UMUR : 18
PENDIDIKAN : MAHASISWA UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA
ASAL : LOMBOK, NTB


Artikel Menarik Lainnya

0 Responses to “Cerpen Cinta : Jadikan Aku Permaisuri Terakhir Mu”

Posting Komentar