Nuansa Remaja

Blog Remaja Indonesia

Tampilkan postingan dengan label Bagian 18. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bagian 18. Tampilkan semua postingan

Cerpen Seru: The Pursuit Of Love #18

"Aku malas! Kau saja yang tanda tangan!"

Perkataan Daniel yang seenak jidatnya seketika membuat Karin meradang. Ini benar-benar tak pernah terpikirkan olehnya. Bagaimana mungkin seorang direktur menyuruh sekretarisnya yang menandatangani berkas penting untuk rapat? Benar-benar bos ajaib!

Sementara Daniel tak perduli sama sekali dengan kekesalan yang sedang mendera sekretarisnya. Dengan langkah santai, ia langsung angkat kaki dan melenggang pergi.

"Heh! Berhenti kau!" teriak Karin yang tak terima dengan perlakuan Daniel.

Masih dengan gaya santai, Daniel menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Karin.

"Aku sudah berhenti, sekarang kau mau apa?" tanya Daniel dengan senyuman sinis di sudut bibirnya.

Karin yang kini berjarak sekitar satu meter lebih dari bosnya itu melangkah mendekat dengan wajah sangar. Nyaris saja Daniel tak dapat menahan tawa melihat wajahnya itu.

"Tanda tangan!" sentak Karin ketika dirinya sudah berada di depan Daniel dengan jarak yang lebih dekat. Map di tangannya ia ulurkan pada Daniel tapi Daniel malah terkekeh remeh.

"Seorang bawahan, tidak ada hak menyuruh atasannya! Sudah ku bilang kau saja yang tanda tangan! Kenapa kau membantah? Kau mau kita ke pengadilan?"

"Aku yang akan menuntutmu karena sudah berlaku semena-mena terhadapku! Ini pelanggaran undang-undang!" balas Karin dengan emosi menggebu. Daniel makin terkekeh dan menatapnya dengan tatapan meremehkan.

"Tau apa kau tentang undang-undang? Memangnya kau sekolah hukum? Di bandingkan undang-undang, aku yakin kau lebih tau soal teater putri tidur!" tukas Daniel. Karin menggeram.

"Kau mau tanda tangan atau tidak?" tanya Karin dengan volume suara diturunkan. Daniel dengan enteng menggeleng seperti anak kecil.

"Kau mau membuatku dipecat di hari pertamaku hah?" sentak Karin.

"Siapa yang akan memecatmu? Aku yang mempekerjakanmu, artinya, aku juga yang berhak memecatmu!"

"Kalau begitu cepat tanda tangan! Kau tidak memikirkan kelangsungan perusahaanmu ya? Kalau kau tidak menandatangani ini, apa boleh kau ikut rapat? Apa bisa perusahaan mu berkembang jika dipimpin oleh direktur sepertimu?! Kau itu menyebalkan! Sangat menyebalkan!" Karin tak terkendali, matanya berkaca-kaca nyaris menangis. Melihat itu, Daniel bukannya kasihan malah semakin meledeknya.

"Ya ampun.. Berapa umurmu? Menangis hanya karena hal seperti itu! Ck, kau sudah tua! Bukan ABG lagi!"

"Seharian ini kau membuatku kesal! Kau mempermainkanku! Apa ini tujuanmu mempekerjakanku disini? Untuk menyiksaku? Kau masih dendam gara-gara aku pernah menendang kakimu dan juga mengocehimu terus? Atau kau dendam karena aku menciummu?! Balas saja dengan cara lain! Jangan mempermainkanku terus!" amukan Karin kali ini berhasil membuat Daniel tercengang. Karin sudah tak menahan air matanya lagi, dia menangis, tersedu-sedu dan menatap Daniel dengan mata basah.

"K-kau.."

"Setahun yang lalu kedua orang tuaku meninggal! Beberapa hari yang lalu aku dicampakkan lelaki dan di pecat dari pekerjaanku! Hari ini aku bekerja di kandang setan! Bagaimana dengan besok?!" Karin semakin tersedu. Daniel jadi tak enak hati.

"Ja-jangan begitu.. Aku.."

"Kalau kau benci padaku, katakan saja!" teriak Karin yang langsung membuat Daniel ciut.

Keduanya lalu diam beberapa saat, hanya suara tangisan Karin yang terdengar. Beberapa karyawan yang melihat mulai berbisik-bisik mengenai kejadian itu. Daniel semakin risih apalagi ketika perkataan beberapa karyawan itu terdengar di telinganya.

"Direktur membuat sekretaris barunya menangis.."

"Kurasa gadis itu akan berhenti di hari pertamanya.."

"Kasihan sekali gadis itu.."

"Direktur benar-benar membuat semua sekretarisnya mundur.."

Telinga Daniel memanas sama seperti jantungnya. Ia menatap Karin yang terus menangis tanpa peduli dengan dirinya yang sekarang menjadi bahan tontonan dan juga pembicaraan dalam sisi negatif.

"Heh! Berhentilah menangis!" seru Daniel dengan suara yang sedikit di tahan agar tak terdengar membentak. Karin tak bergeming dan semakin keras menangis.

"Aish! Kau ini benar-benar.." Daniel hendak mencaci maki gadis di depannya tapi urung ketika melirik ke sekeliling dan yang menontonnya semakin ramai.

"Baiklah! Aku akan tanda tangan!" teriak Daniel dengan emosi tertahan. Karin yang mendengar itu mendongakkan wajahnya yang menatapnya menuntut kebenaran.

"Berikan berkasnya! Akan ku tandatangani bahkan ku makan kalau perlu!" sungut Daniel lalu merebut map di tangan Karin dan berjalan kembali menuju ruangannya. Karin tersenyum lebar dan buru-buru menghapus airmatanya.

"Apa yang kalian lihat!!?" teriak Daniel pada semua karyawan yang menyaksikan 'penyiksaan' nya terhadap Karin. Semuanya langsung terkejut dan menunduk takut.

"Kembali bekerja!!" lagi-lagi Daniel berteriak membubarkan semua karyawannya yang langsung pergi dengan kepala tertunduk.

"Kau puas?" tanya Daniel yang melihat Karin tersenyum. Dan dengan bangga, Karin mengangguk serta memperlebar senyumnya.

"Air mata buaya!" dengus Daniel lalu masuk ke ruangannya disusul Karin.
READ MORE - Cerpen Seru: The Pursuit Of Love #18