Nuansa Remaja

Blog Remaja Indonesia

Tampilkan postingan dengan label Bagian 3. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bagian 3. Tampilkan semua postingan

Cerpen Seru: The Pursuit Of Love #3

Seperti apa yang dikatakannya pada Daniel, Reina benar-benar mencari gadis yang sesuai dengan ciri-ciri yang disebutkan Daniel di kampusnya. Namun, nihil. Lagipula tidaklah mudah menemukan gadis dengan hanya mengandalkan ciri-ciri seperti itu karena pada dasarnya banyak gadis yang ciri-cirinya tak jauh berbeda.

Reina memekik frustasi dan menyerah, lalu menghubungi Daniel yang sedang berkutat dengan berbagai macam dokumen-dokumen penting di ruang pribadinya.

"Aku lelah! Aku tidak tahu gadis mana yang kau maksud! Carilah sendiri! Aku menyesal telah mengatakan mau membantumu!" cerca Reina begitu Daniel mengangkat telfonnya. Daniel mendesis kesal.

"Ya sudah kalau tidak mau membantuku! Kau tidak usah mencercaku begitu! Aku benci padamu!" oceh Daniel dan segera mematikan telfonnya.

Ia lalu bersungut-sungut. Moodnya hilang setelah menerima telfon Reina, ia jadi benar-benar malas menandatangani semua file yang diserahkan sekretarisnya. Dengan seenaknya, file itu diacak-acaknya hingga berantakan. Sekretarisnya memandangnya penuh emosi.

"Pak.. Kenapa kau melakukannya? Ini file yang sangat.."

"Aku malas! Kau saja yang tanda tangan!"

Sekretaris Daniel melongo mendengar ucapan atasannya itu. Ia lalu segera membereskan kertas-kertas yang bercecer diatas meja.

"Hey.. Tiru saja tanda tanganku dan tanda tangani semua file ini! Kau mengerti?!"

Perintah Daniel yang sangat tak masuk akal itu membuat sekretarisnya benar-benar frustasi. Sudah sekian tahun ia bertahan menjadi sekretarisnya dan sepertinya kesabarannya sudah habis. Daniel benar-benar menyebalkan dan cerewet.

"Aku pergi dulu! Ingat ya.. Segera belajar meniru tanda tanganku, lalu tanda tangani semua file itu!" kata Daniel kemudian mengambil jas yang tersampir di kursinya dan beranjak pergi.

Sekretaris Daniel berteriak frustasi sepeninggal atasannya itu. Wanita yang 5 tahun lebih tua dari Daniel itu menjerit-jerit tak karuan.

"Aku akan mengundurkan diri!!" teriaknya mengamuk.

***

"Kakak.. Kau ada di kantor?" tanya Daniel pada seseorang yang dihubunginya lewat telpon.

"Eum, ayo kita minum teh bersama.. Aku akan kesana" kata Daniel sambil menghidupkan mesin mobilnya.

"Baiklah" Daniel tersenyum, mengakhiri sambungan telpon dan lekas melajukan Ferrari hitamnya meninggalkan plataran parkir kantornya.

Tak sampai 10 menit, Daniel sudah menghentikan laju mobilnya di depan sebuah gedung kantor yang lebih besar daripada gedung kantor yang dimilikinya. Seorang pegawai langsung membukakan pintu mobil untuknya.

Daniel melangkah turun lalu memberikan kunci mobil pada pegawai itu, menyuruhnya memarkirkan mobilnya. Dan setelah itu, Daniel segera melangkah memasuki gedung.

Gayanya yang santai dan wajahnya yang terbilang tampan dan imut diusianya yang sudah 23 tahun membuat banyak pasang mata yang menatapnya kagum. Beberapa wanita dan gadis muda yang melewatinya nampak begitu terpana dengan ketampanannya. Daniel menanggapinya dengan senyum manis. Dengan senang hati, ia membalas senyum dan sapaan mereka. Daniel sudah sering kesini, dan perlakuan terhadapnya tak jauh berbeda dengan ketika dia berada di kantornya sendiri.

Langkah Daniel terhenti di depan lift dan ia berdiri untuk menunggu lift itu terbuka. Sembari menunggu, Daniel bersiul riang seperti kebiasaannya.

Pintu lift terbuka dan Daniel seketika tertegun, siulannya berhenti dan matanya menatap lurus seorang gadis yang berdiri di dalam lift itu dan beranjak keluar.

"Hey.. Kau.." Daniel bergumam dan gadis itu memandangnya keki.

"Apa maumu hah?" bentak gadis itu galak. Daniel tersenyum penuh arti mengingat gadiss itu sebagai seseorang yang kemarin ditemuinya dikampus.

Daniel melirik name tag di saku gadis itu. Karina Arista.

"Kau yang kemarin kan?" tanya Daniel basa-basi. Karin mengernyit lalu menatapi Daniel dari bawah keatas.

"Siapa kau?" tanyanya dengan muka datar. Daniel tertawa hambar.

"Kau lupa padaku?"

"Aku tidak mengenalmu!" kata Karin penuh penekanan lalu berjalan melewati Daniel begitu saja. Danielpun langsung menahan langkahnya dengan manarik paksa lengannya dan akibatnya, sebuah kotak besar yang dibawa gadis itu jatuh.

"Kau puas sekarang? Apa yang kau lakukan hah? Kau sengaja!? Kemarin di putuskan, hari ini di pecat! Hidupku benar-benar hancur! Kenapa? Kau mau menertawakanku? Kau puas?! Ini semua salah mu! Aku benci padamu!!" Karin mengoceh dan berteriak-teriak di depan Daniel membuat lelaki itu melongo, kesusahan mencerna kata-kata gadis itu yang mengalir begitu cepat.

Orang-orang mulai memperhatikan mereka. Daniel merasa risih apalagi Karin terus mengoceh.

"Semua orang senang saat aku menderita! Semua orang meninggalkanku! Aku dicampakkan! Aku di pecat! Besok apa lagi? Aku benci semuanya!"

Semua orang benar-benar melongo mendengar ocehan Karin yang sepertinya depresi, gadis itu buru-buru mengangkat kotaknya lalu menatap Daniel dengan tatapan seolah ingin membunuhnya.

Dan detik berikutnya, gadis itu menendang Daniel tepat di tulang keringnya. Daniel meringis dan Karin segera pergi.

sumber: https://www.facebook.com/notes/kumpulan-cerpen-rorafizaus/the-pursuit-of-love-3/4886772012163971
READ MORE - Cerpen Seru: The Pursuit Of Love #3

Cerpen: When You Smile #3

"Sst." Aira mengangkat alis ketika mendengar suara Gina. Temannya itu tak menjawab, melainkan menunjuk kearah pintu masuk kafe dengan dagunya. Masih tak mengerti, Aira mengikuti arah pandang Gina dan mulutnya ternganga seketika.

Erfan dan cewek yang tadi di lihatnya tengah berjalan memasuki kafe dengan langkah ringan. Tangan keduanya bergandengan dan senyum lebar tercetak di wajah keduanya. Dengan santai mereka terduduk di tempat yang tidak jauh dari Gina dan Aira, sebisa mungkin Aira menahan desakan untuk tidak menghabisi Erfan saat ini juga.

"Gila, seleranya Erfan keren, ya? Cantik banget ceweknya." puji Gina yang masih sesekali melirik kearah pasangan itu.

Aira berdecak pelan. "Cantikan juga gue." balasnya penuh percaya diri sambil kembali meminum minumannya.

Gina memperhatikan Aira dan cewek yang saat ini berdiri di hadapan Erfan bergantian sebelum akhirnya kembali mempusatkan perhatiannya pada Aira. "Iya, cantikan lo, Ra." Aira tersenyum bangga mendengar ucapan Gina. "tapi kalau di perhatiin, elo sama Erfan cocok, ya?"

"Hah?" Aira terbatuk -batuk saking tak percayanya dengan ucapan Gina. Erfan yang memang sudah memperhatikan obrolan kedua cewek itu sejak tadi hanya mampu menahan senyum.

"Fan, dua cewek itu kok kayak merhatiin kita, ya?" tanya Rara, cewek yang sejak tadi bersama Erfan.

Erfan mengangkat bahu. "Biasalah, pengagum tak di anggap."

Entah merasa atau karena marah dengan ucapan Erfan, Aira berjalan mendekat sambil memasang wajah marahnya. Detik berikutnya cewek itu memukul meja Erfan keras dan mempusatkan perhatian pada Erfan. Sama sekali tak di pedulikannya tatapan heran dari pengunjung kafe yang lain dan cewek yang bersama Erfan.

"Apa maksud lo ngomong gitu?" Aira mengangkat alis tinggi -tinggi.

"Ngerasa?" seperti biasa, Erfan membalas dengan tenang.

Aira tak menjawab, cewek itu tersenyum sinis dan dengan cepat mengambil gelas Erfan. Gelas yang masih berisikan setengah dari isi sebelumnya di lemparnya ke baju Erfan, membasahi jaket hijau yang di pakai cowok itu dan memancing kemarahannya.

Erfan berdiri. Menatap Aira yang justru tersenyum manis di hadapannya. "Berani ya lo ngelakuin itu?"

"Kenapa juga gue harus takut?" tanya Aira balik lalu tertawa pelan. "denger ya, Erfan, sampai kapanpun gue nggak akan pernah takut sama lo."

sumber: https://www.facebook.com/notes/kumpulan-cerpen-rorafizaus/when-you-smile-3/520235654727218
READ MORE - Cerpen: When You Smile #3

kumpulan Cerpen Seru : In My Dream | Bagian Ketiga

Kumpulan Cerpen Seru : In My Dream | Bagian Ketiga ini ~ Cerpen lanjutan dari Cerpen - Cerpen yang sebelumnya, yah langsung ajadeh, cekidooott

"sama.."

"oh,tapi aku nggak pernah liat kamu?"

"aku baru pindah.."

"kelas berapa?"

"2 IPA 4" Aku manggut manggut.

"aku simpen ini dulu ya.." katanya sambil berlari meninggalkanku diaula. Beberapa saat kemudian, dia muncul lagi dan kembali menggenggam tanganku dan mengajakku melangkah lagi.

"oh ya..kamu belum denger kabar ya kalo belakang sekolah itu anker? Kok kamu berani sih disana sendirian?" tanyaku. Ia tersenyum dan tetap menatap lurus kedepan.

"karna aku denger kabar itu makanya aku kesana.." sahutnya sambil melipat tangan dibelakang kepala. Santai sekali orangnya..

"nggak takut?" tanyaku lagi. Ia tertawa pelan.

"justru disana aku bisa tenang..sendirian..tanpa ada gangguan.."

"um.." aku mengulum senyum. Kuperhatikan wajahnya yang menyamping. Mumpung dia sedang fokus memandang kedepan. Aku tertegun. Ada bekas luka dilehernya. Seperti bekas goresan.

"kenapa?"tanyanya sambil menoleh kearahku.

"itu kenapa?" tanyaku balik sambil mengarahkan jari telunjukku kelehernya. Ia terdiam sesaat sambil mengusap usap bekas lukanya itu.

"nggak kenapa napa.."katanya sambil tersenyum. Aku hanya dapat manggut meski masih penasaran dengan cowok satu ini.

"oh ya..rumah kamu dimana?"tanyaku sambil memperhatikan sekitar karena kami telah memasuki komplek.

"um..masih jauh" singkatnya. Tiba tiba langkahnya terhenti, aku ikut berhenti dan menatapnya bingung. Wajahnya pucat seperti sedang ketakutan.

"kenapa?"tanyaku heran. Ia tak menjawab malah kelihatan dengan susah payah menelan ludah. Tiba tiba, ia menggenggam tanganku dan membawaku berlari kearah berlawanan dari semula. Aku tak dapat melepaskan tarikannya. Ku dengar dibelakang seperti ada yang mengejar. Memanggil manggil nama Raka dengan keras. Raka kelihatan semakin ketakutan dan mempererat genggaman tanganku dan memperkencang larinya.

"jangan liat kebelakang!" tegasnya. Aku semakin bingung.

"ada apaan sih dib.." ia menarikku kebalik tembok dan membekap mulutku serta menutup mataku.

Kudengar derap kaki yang mengejar kami semakin menjauh dan tak terdengar lagi.

Sumber : https://www.facebook.com/note.php?note_id=200462556704531


Bersambung,..

READ MORE - kumpulan Cerpen Seru : In My Dream | Bagian Ketiga