Nuansa Remaja

Blog Remaja Indonesia

Cerpen Seru: The Pursuit Of Love #19

Di ruangannya, Daniel duduk di meja kerjanya. Menandatangani berkas dengan muka cemberut. Sesekali ia melirik Karin yang berdiri di depan mejanya. Gadis itu terus tersenyum penuh kemenangan.

"Kau benar-benar pandai beracting, tidak salah kau di jurusan seni!" cibir Daniel namun Karin menganggapnya sebagai sebuah pujian.

"Tentu saja! Aku bahkan dipilih sebagai pemeran utama dalam drama di kampus!" sahut Karin bangga. Daniel makin jengah, tanda tangannya menjadi tak karuan.

"Eum.. Gadis di toilet tadi.. Siapa?"

Pertanyaan Karin yang tak di sangka-sangka membuat Daniel menghentikan aktivitas tanda tangannya, ia lalu mengangkat kepalanya dan menatap Karin intens.

"Kenapa?" tanyanya.

"Hanya bertanya! Sepertinya dia akrab denganmu.."

"Lebih tepatnya sok akrab!"

"Wah, benar! Aku juga berpikiran seperti itu, dia bahkan berbicara denganku di toilet padahal aku tidak mengenalnya sama sekali!"

"Hmm.. Saat pertama bertemu dengaku, dia juga seperti itu! Sok akrab!"

"Dan kau lihat wajahnya? Penuh riasan! Ya ampun.. Apa wanita sangat menunjang penampilan saat ini?!"

"Heh! Kenapa kau jadi mengajakku bergosip begini?"

Karin yang semula antusias membahas Alena menjadi bungkam setelah mendengar ucapan Daniel. Benar juga, kenapa dia jadi bergosip begini?

"Setelah kau membuatku menjadi bahan tontonan dan juga bahan gosip di kantor, sekarang kau malah mengajakku bergosip?!" kata-kata Daniel datar tapi terdengar penuh kekesalan. Karin hanya dapat nyengir sebagai ungkapan maaf.

"Aku hanya kesal.. Kau tidak mau tanda tangan, jadi kugunakan cara itu.." ucap Karin dengan muka bersalah. Daniel berdecak kesal dan meneruskan tanda tangannya.

"Sebelumnya, aku lebih menyebalkan pada sekretaris lamaku.. Tapi dia tidak cengeng sepertimu sehingga aku tidak jadi bahan gosip!" kata Daniel tanpa menoleh pada Karin yang sudah memanyunkan bibirnya.

"Kalau begitu kenapa kau jadikan aku sekretarismu hah?!" teriak Karin keki.

"Aku hanya kasihan!" sahut Daniel.

"Aku tidak perlu dikasihani!"

"Kalau begitu kenapa kau datang ke kantorku kemarin dan memohon agar aku mempekerjakanmu? Apakah itu bukan minta dikasihani namanya?"

Karin terdiam mendengar ucapan Daniel. Kalau saja ia tidak terdesak, ia tentu tak akan melakukan hal memalukan seperti itu.

Daniel hampir selesai dengan tanda tangannya dan ketika hampir membubuhkan tanda tangan terakhir, seseorang membuka pintu ruangannya. Seketika Daniel dan juga Karin menoleh kearah pintu yang terbuka.

Seorang lelaki tinggi dengan wajah oriental berdiri diambang pintu dengan senyum tersungging di bibirnya. Karin tertegun, ia kenal lelaki itu. Direktur di perusahaan tempatnya bekerja dulu, Keenan.

"Kak.. Apa yang membawamu kemari?" tanya Daniel yang menatapnya dengan kening mengernyit. Tidak biasanya Keenan datang ke kantornya karena biasanya Daniel lah yang berkunjung ke tempat kerja kakak sepupunya itu.

"Ayo keluar.. Aku akan mentraktirmu hari ini.." ucap Keenan dengan gaya yang sungguh membuat Karin terpesona. Dibandingkan Daniel, tutur kata Keenan memang jauh lebih sopan dan lembut.

"Aku sedang menandatangani berkas untuk rapat, dan rapat itu sore ini.. Kurasa aku tak ada waktu.." kata Daniel sambil tersenyum.

"Jam berapa rapatnya?"

Pertanyaan Keenan ditujukan untuk Karin karena ia pikir tentu sekretaris lebih tahu jadwal rapat ketimbang bosnya. Kerin tercengang, ia tak tahu jam berapa Daniel rapat karena lupa menanyakannya pada Gracia.

Daniel mendecak melihat Karin yang tak kunjung memberikan jawaban.

"Gadis ini benar-benar tak berguna!" desisnya lalu menyelesaikan tanda tangan terakhirnya.

"Heh! Berikan ponselmu!" kata Daniel pada Karin. Karin tertegun dan menatapnya tak mengerti.

"Cepatlah! Kau tidak lihat, aku sudah ditunggu tamu penting!" desak Daniel.

Karin tak sempat berpikir dan segera menyerahkan ponselnya. Daniel lekas mengambilnya dan mengotak-atiknya sebentar. Beberapa saat kemudian terdengar ringtone ponselnya.

"Ini nomorku, beritahu aku jika kau kuliah besok! Hari ini kau pulang saja, tidak ada lagi yang perlu kau urus!" kata Daniel seraya menyerahkan kembali ponsel Karin. Karin menerimanya dan mengangguk mengerti.

"Ingat! Telfon aku! Aku tidak menerima sms!" katanya menegaskan. Karin hanya mengangguk sementara Keenan tertawa kecil melihat tingkah Daniel.

Daniel berdiri, mengambil jasnya dan segera berjalan mendekati Keenan, sebelum keluar dari ruangannya, ia berbalik dan menatap Karin.

"Jangan coba-coba membohongiku!" tukasnya lalu segera menutup pintu, meninggalkan Karin yang hanya dapat melongos.

***

"Jadi dia mantan karyawanku yang kau rekrut menjadi sekretarismu?" tanya Keenan dalam perjalanan mereka menuju tempat parkir. Daniel mengangguk membenarkan.

"Kau sepertinya tertarik padanya!" tudingan Keenan membuat Daniel mengerem langkahnya mendadak.

"Tertarik pada spesies semacam itu? Tidak mungkin!" tukas Daniel dengan wajah meyakinkan.

"Kau yakin? Bagaimana kalau kita bertaruh?" ucapn Keenan membuat Daniel mengernyit dan menatapnya intens.

"Bertaruh?"


Artikel Menarik Lainnya

0 Responses to “Cerpen Seru: The Pursuit Of Love #19”

Posting Komentar