Tampilkan postingan dengan label Bagian 2. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bagian 2. Tampilkan semua postingan
Cerpen Seru: The Pursuit Of Love #2
"Tapi aku masih mencintaimu, kenapa kita harus putus? Apa salahku?" isak gadis itu pilu.
"Salahmu hanya satu! Kau tidak bisa memberikan apa yang aku inginkan!" lelaki itu bergegas pergi tapi si gadis menarik lengannya.
"Jangan seperti ini.. Aku mohon.."
"Aku tidak bisa! Mulai hari ini, jangan hubungi aku lagi, anggap saja kita tidak pernah bertemu.. Lagipula aku akan pergi keluar negeri" ucapan lelaki itu seketika membuat gadis yang memegang lengannya itu meluruh ke lantai, tangisnya pecah dan dengan teganya lelaki itu meninggalkannya. Daniel segera bersembunyi dibalik tumbuhan besar yang ada di dekatnya ketika lelaki itu keluar. Setelah memastikannya benar-benar sudah jauh, Daniel mengintip kedalam. Gadis itu masih duduk di lantai dan menangis.
"Ck, dramatis!" gumam Daniel sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Ia baru saja berniat pergi tapi entah kenapa, rasanya ingin sekali menghampiri gadis yang sedang menangis itu. Dan dengan langkah santai, Daniel masuk kedalam ruangan dan menghentikan langkahnya didepan gadis tersebut.
"Kau.. Kau kembali.. Aku tahu, kau masih mencintaiku.." kening Daniel mengernyit mendengar gumaman gadis itu ditengan isakannya. Tiba-tiba gadis itu berdiri lalu menangkup wajahnya dan menarik kepalanya, dan dengan sedikit menginjit, gadis itu sukses mendaratkan bibirnya di bibir Daniel. Daniel terkejut, matanya seketika melotot. Jantungnya berdebar begitu kencang. Apa yang dilakukan gadis ini, haa.. Menciumnya?
Daniel mendorong gadis itu menjauh dan gadis itu langsung melotot kaget ketika melihat bibir yang baru saja diciumnya itu bukanlah milik lelaki yang baru saja memutuskannya tadi melainkan milik lelaki yang sama sekali tak di kenalnya.
"Kyaaa!!" gadis itu menjerit kencang lalu menampar keras pipi Daniel. Daniel yang shock karena ciuman gadis itu tadi menjadi bertambah shock saat tamparan itu mendarat mulus dipipinya. Memberi efek perih yang membuatnya harus meringis.
"Dasar laki-laki gila! Tidak tau malu!" seru gadis itu penuh amarah. Dengan segera ia berjalan meninggalkan Daniel. Daniel yang tak terima dipanggil sebagai laki-laki tak tau malu itupun segera mengejarnya.
"Hey! Kenapa jadi kau yang marah-marah padaku hah? Ini bukan salahku! Jelas-jelas kau yang melakukan itu padaku, kenapa justru kau yang menamparku hah?!" Daniel terus mengoceh sambil mencoba meraih lengan gadis itu namun usahanya tak kunjung berhasil karena gadis itu berjalan dua kali lebih cepat darinya.
"Kau ini benar-benar aneh ya?! Yang seharusnya marah itu aku! Kau sudah seenaknya menci~" ocehan Daniel seketika terhenti karena gadis itu tiba-tiba berbalik dan membekap mulutnya. Daniel meronta-ronta tak jelas tapi gadis itu tak kunjung melepas bekapannya.
"Awas jika kau berani bicara seperti itu lagi! Aku akan memotong mulutmu yang bocor itu! Mengerti?!" ancam gadis itu. Daniel terpaksa mengangguk karena tak mau kehabisan nafas.
Gadis itu lekas melepas bekapannya lalu menendang betis Daniel sekuat tenaganya. Daniel meringis kesakitan sambil membungkuk memegangi kakinya. Gadis itu segera berjalan cepat, meninggalkannya tanpa menoleh sedikitpun.
"Dasar kau gadis gila!" teriak Daniel sambul memandang punggung gadis yang kian menjauh itu dengan tatapan penuh dendam.
Sebuah tepukan tiba-tiba mendarat dipundak Daniel, lelaki itu segera menoleh dan mendapati Reina sedang berdiri di belakangnya sambil mengemut permen loly kesukaannya.
"Kau dicampakkan wanita lagi?" tanya Reina dengan muka santai. Daniel menatapnya penuh amarah lalu menyeret tangan gadis itu, membawanya menuju mobil yang terparkir di depan gerbang.
***
"Kau kenal gadis itu?" tanya Daniel sambil menyetir tanpa konsentrasi penuh sedikitpun.
Reina berlagak seolah-olah sedang berpikir padahal tidak sama sekali.
"Kelamaan!" teriak Daniel kesal. Reina tertawa kecil dan kembali mengemut permennya.
"Aku tidak tau, aku tidak melihat mukanya!" kata Reina. Daniel mendesah.
"Aku akan mencarinya!"
"Sebegitu dendamnya kah? Biasanya kau senang dengan perempuan agresif yang menciummu duluan!"
"Ah, kau tidak mengerti.. Dia itu.. Tidak ikhlas, dia ingin mencium laki-laki yang memutuskannya itu, bukan aku!"
"Salahmu sendiri, muncul di saat seperti itu! Makanya jangan suka menguping!"
Daniel mengerucutkan bibirnya dan memukul stir mobil dengan tangannya.
"Tenanglah, akan ku bantu cari tahu jika kau memang ingin bertemu dengannya lagi" ucap Reina menawarkan.
"Bagaimana ciri-cirinya?" tanya Reina kemudian. Daniel terdiam, nampak sedang mencoba mengingat-ngingat ciri-ciri gadis tadi.
"Pendek!"
Reina seketika tertawa, setelah sekian lama berpikir hanya itu yang dapat disebutkan Daniel.
"Hanya itu?"
"Entahlah, sepertinya rambutnya agak panjang dan warnanya coklat kemerahan, kulitnya putih dan.. Cukup cantik" ucap Daniel. Reina menatapnya serius lalu mendekatkan mulut ke telinganya.
"Pertemuan pertama yang berkesan!" bisiknya. Daniel menatapnya kesal. Tapi gadis itu malah tertawa dengan santainya.
"Akan kucari gadis itu untukmu"
READ MORE - Cerpen Seru: The Pursuit Of Love #2
"Salahmu hanya satu! Kau tidak bisa memberikan apa yang aku inginkan!" lelaki itu bergegas pergi tapi si gadis menarik lengannya.
"Jangan seperti ini.. Aku mohon.."
"Aku tidak bisa! Mulai hari ini, jangan hubungi aku lagi, anggap saja kita tidak pernah bertemu.. Lagipula aku akan pergi keluar negeri" ucapan lelaki itu seketika membuat gadis yang memegang lengannya itu meluruh ke lantai, tangisnya pecah dan dengan teganya lelaki itu meninggalkannya. Daniel segera bersembunyi dibalik tumbuhan besar yang ada di dekatnya ketika lelaki itu keluar. Setelah memastikannya benar-benar sudah jauh, Daniel mengintip kedalam. Gadis itu masih duduk di lantai dan menangis.
"Ck, dramatis!" gumam Daniel sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Ia baru saja berniat pergi tapi entah kenapa, rasanya ingin sekali menghampiri gadis yang sedang menangis itu. Dan dengan langkah santai, Daniel masuk kedalam ruangan dan menghentikan langkahnya didepan gadis tersebut.
"Kau.. Kau kembali.. Aku tahu, kau masih mencintaiku.." kening Daniel mengernyit mendengar gumaman gadis itu ditengan isakannya. Tiba-tiba gadis itu berdiri lalu menangkup wajahnya dan menarik kepalanya, dan dengan sedikit menginjit, gadis itu sukses mendaratkan bibirnya di bibir Daniel. Daniel terkejut, matanya seketika melotot. Jantungnya berdebar begitu kencang. Apa yang dilakukan gadis ini, haa.. Menciumnya?
Daniel mendorong gadis itu menjauh dan gadis itu langsung melotot kaget ketika melihat bibir yang baru saja diciumnya itu bukanlah milik lelaki yang baru saja memutuskannya tadi melainkan milik lelaki yang sama sekali tak di kenalnya.
"Kyaaa!!" gadis itu menjerit kencang lalu menampar keras pipi Daniel. Daniel yang shock karena ciuman gadis itu tadi menjadi bertambah shock saat tamparan itu mendarat mulus dipipinya. Memberi efek perih yang membuatnya harus meringis.
"Dasar laki-laki gila! Tidak tau malu!" seru gadis itu penuh amarah. Dengan segera ia berjalan meninggalkan Daniel. Daniel yang tak terima dipanggil sebagai laki-laki tak tau malu itupun segera mengejarnya.
"Hey! Kenapa jadi kau yang marah-marah padaku hah? Ini bukan salahku! Jelas-jelas kau yang melakukan itu padaku, kenapa justru kau yang menamparku hah?!" Daniel terus mengoceh sambil mencoba meraih lengan gadis itu namun usahanya tak kunjung berhasil karena gadis itu berjalan dua kali lebih cepat darinya.
"Kau ini benar-benar aneh ya?! Yang seharusnya marah itu aku! Kau sudah seenaknya menci~" ocehan Daniel seketika terhenti karena gadis itu tiba-tiba berbalik dan membekap mulutnya. Daniel meronta-ronta tak jelas tapi gadis itu tak kunjung melepas bekapannya.
"Awas jika kau berani bicara seperti itu lagi! Aku akan memotong mulutmu yang bocor itu! Mengerti?!" ancam gadis itu. Daniel terpaksa mengangguk karena tak mau kehabisan nafas.
Gadis itu lekas melepas bekapannya lalu menendang betis Daniel sekuat tenaganya. Daniel meringis kesakitan sambil membungkuk memegangi kakinya. Gadis itu segera berjalan cepat, meninggalkannya tanpa menoleh sedikitpun.
"Dasar kau gadis gila!" teriak Daniel sambul memandang punggung gadis yang kian menjauh itu dengan tatapan penuh dendam.
Sebuah tepukan tiba-tiba mendarat dipundak Daniel, lelaki itu segera menoleh dan mendapati Reina sedang berdiri di belakangnya sambil mengemut permen loly kesukaannya.
"Kau dicampakkan wanita lagi?" tanya Reina dengan muka santai. Daniel menatapnya penuh amarah lalu menyeret tangan gadis itu, membawanya menuju mobil yang terparkir di depan gerbang.
***
"Kau kenal gadis itu?" tanya Daniel sambil menyetir tanpa konsentrasi penuh sedikitpun.
Reina berlagak seolah-olah sedang berpikir padahal tidak sama sekali.
"Kelamaan!" teriak Daniel kesal. Reina tertawa kecil dan kembali mengemut permennya.
"Aku tidak tau, aku tidak melihat mukanya!" kata Reina. Daniel mendesah.
"Aku akan mencarinya!"
"Sebegitu dendamnya kah? Biasanya kau senang dengan perempuan agresif yang menciummu duluan!"
"Ah, kau tidak mengerti.. Dia itu.. Tidak ikhlas, dia ingin mencium laki-laki yang memutuskannya itu, bukan aku!"
"Salahmu sendiri, muncul di saat seperti itu! Makanya jangan suka menguping!"
Daniel mengerucutkan bibirnya dan memukul stir mobil dengan tangannya.
"Tenanglah, akan ku bantu cari tahu jika kau memang ingin bertemu dengannya lagi" ucap Reina menawarkan.
"Bagaimana ciri-cirinya?" tanya Reina kemudian. Daniel terdiam, nampak sedang mencoba mengingat-ngingat ciri-ciri gadis tadi.
"Pendek!"
Reina seketika tertawa, setelah sekian lama berpikir hanya itu yang dapat disebutkan Daniel.
"Hanya itu?"
"Entahlah, sepertinya rambutnya agak panjang dan warnanya coklat kemerahan, kulitnya putih dan.. Cukup cantik" ucap Daniel. Reina menatapnya serius lalu mendekatkan mulut ke telinganya.
"Pertemuan pertama yang berkesan!" bisiknya. Daniel menatapnya kesal. Tapi gadis itu malah tertawa dengan santainya.
"Akan kucari gadis itu untukmu"
Cerpen: When You Smile #2
"Kak Aira." teriak seorang cewek dari bawah. Aira yang berdiri di balkon kamar menoleh dan mendapati Mia tengah menatapnya sambil tersenyum lebar.
Erfan keluar dari rumah, menatap Mia dan Aira bergantian sambil tangannya bergerak menutup gerbang rumahnya. Rumahnya yang memang berada di depan rumah Aira membuatnya dapat melihat Aira dari bawah sini. Aira tetap terlihat cantik dengan rambutnya yang di ikat ekor kuda seperti itu.
"Hei." balas Aira pada Mia sambil melambaikan tangan.
"Hei juga." Erfan membalas sambil tersenyum lebar.
Aira mengalihkan pandangan kearah Erfan dan mendengus pelan. "Bukan lo! Dasar kepedean!" teriak Aira ketus dan segera memasuki kamar setelah sebelumnya menghentakan kaki kesal.
Selepas kepergian Aira, Mia menatap Erfan sambil tertawa puas sedangkan Erfan hanya balas menatapnya heran. Baginya ini memang bukan kali pertama Erfan di perlakukan ketus oleh Aira. Hampir semua orang juga cukup tahu akan hal itu.
"Kak Erfan kasihan, ya? Di cuekin terus sama Kak Aira."
Erfan sedikit tersenyum. "Emangnya gue peduli." balasnya dan mulai berjalan meninggalkan rumah. Tujuannya keluar rumah tadi adalah untuk ke toko yang tidak jauh dari sini, bukannya mendengarkan celotehan Mia.
Mia berbalik, menatap punggung tegak Erfan dan berseru, "Huuu, dasar cowok jutek. Pantesan aja di cuekin sama Kak Aira!"
* * *
"Di mana sih?" tanya Aira pada seseorang di seberang.
"Bentar, Ra, macet nih." balas Gina sedikit kesal. Ini bukan kali pertama Aira meneleponnya dan menanyakan hal yang sama, sedikit membuat Gina kesal dengan sifat Aira yang tak sabaran.
"Cepetan, Gin. Gue udah di luar nih."
"Iya."
Aira memutuskan sambungan dan berjalan ke arah pagar rumahnya. Dia baru saja akan membuka pagar ketika tiba -tiba melihat pemandangan yang mampu membuat tangannya mengepal seketika.
"Erfan?" tanyanya, lebih kepada dirinya sendiri. Detik berikutnya cewek itu menggeleng -gelengkan kepalanya tanpa sadar. "Dasar playboy, ganti lagi ceweknya!"
Tanpa sadar tangan Aira menyenggol pagar rumahnya membuat pagar itu sedikit menimbulkan bunyi. Dengan cepat Aira membalikan tubuh dan hanya mampu berharap agar kedua orang yang tadi di perhatikannya tak menyadari kehadirannya.
"Ada orang?" tanya cewek di depan Erfan.
Cowok itu tak langsung menjawab. Dia masih mempusatkan perhatiannya pada pagar rumah Aira, seulas senyum samar mengembang di wajah tampannya.
"Fan?" Erfan menoleh ketika di rasakannya tangan cewek itu bertahan di tangannya beberapa saat. "udah nggak ada yang ketinggalan, kan?"
Erfan menggeleng. "Nggak kok." dia tersenyum dan segera menarik tangan cewek itu untuk masuk ke dalam mobilnya.
Terdengar suara mobil menjauh yang melintas di indera pendengaran Aira, cewek itu menghela napas lega dan kembali membalikan tubuh. Bertepatan dengan itu, mobil Gina tiba di depan rumahnya. Dengan segera Aira membuka pagar dan berlari menuju mobil Gina.
"Kenapa, Ra?" tanya Gina bingung. Di perhatikannya wajah Aira yang sedikit pucat.
Aira menggeleng pelan. "Nggak pa -pa, kok." balasnya masih berusaha menyembunyikan kekagetannya. Dia tak menyangka akan kembali melihat Erfan bersama gadis lain, dan entah kenapa tiap kali melihat pemandangan itu emosinya akan hadir.
"Jadi kita kemana?"
"Kafe biasa, aja."
sumber: https://www.facebook.com/notes/kumpulan-cerpen-rorafizaus/when-you-smile-2/520232524727531
READ MORE - Cerpen: When You Smile #2
Erfan keluar dari rumah, menatap Mia dan Aira bergantian sambil tangannya bergerak menutup gerbang rumahnya. Rumahnya yang memang berada di depan rumah Aira membuatnya dapat melihat Aira dari bawah sini. Aira tetap terlihat cantik dengan rambutnya yang di ikat ekor kuda seperti itu.
"Hei." balas Aira pada Mia sambil melambaikan tangan.
"Hei juga." Erfan membalas sambil tersenyum lebar.
Aira mengalihkan pandangan kearah Erfan dan mendengus pelan. "Bukan lo! Dasar kepedean!" teriak Aira ketus dan segera memasuki kamar setelah sebelumnya menghentakan kaki kesal.
Selepas kepergian Aira, Mia menatap Erfan sambil tertawa puas sedangkan Erfan hanya balas menatapnya heran. Baginya ini memang bukan kali pertama Erfan di perlakukan ketus oleh Aira. Hampir semua orang juga cukup tahu akan hal itu.
"Kak Erfan kasihan, ya? Di cuekin terus sama Kak Aira."
Erfan sedikit tersenyum. "Emangnya gue peduli." balasnya dan mulai berjalan meninggalkan rumah. Tujuannya keluar rumah tadi adalah untuk ke toko yang tidak jauh dari sini, bukannya mendengarkan celotehan Mia.
Mia berbalik, menatap punggung tegak Erfan dan berseru, "Huuu, dasar cowok jutek. Pantesan aja di cuekin sama Kak Aira!"
* * *
"Di mana sih?" tanya Aira pada seseorang di seberang.
"Bentar, Ra, macet nih." balas Gina sedikit kesal. Ini bukan kali pertama Aira meneleponnya dan menanyakan hal yang sama, sedikit membuat Gina kesal dengan sifat Aira yang tak sabaran.
"Cepetan, Gin. Gue udah di luar nih."
"Iya."
Aira memutuskan sambungan dan berjalan ke arah pagar rumahnya. Dia baru saja akan membuka pagar ketika tiba -tiba melihat pemandangan yang mampu membuat tangannya mengepal seketika.
"Erfan?" tanyanya, lebih kepada dirinya sendiri. Detik berikutnya cewek itu menggeleng -gelengkan kepalanya tanpa sadar. "Dasar playboy, ganti lagi ceweknya!"
Tanpa sadar tangan Aira menyenggol pagar rumahnya membuat pagar itu sedikit menimbulkan bunyi. Dengan cepat Aira membalikan tubuh dan hanya mampu berharap agar kedua orang yang tadi di perhatikannya tak menyadari kehadirannya.
"Ada orang?" tanya cewek di depan Erfan.
Cowok itu tak langsung menjawab. Dia masih mempusatkan perhatiannya pada pagar rumah Aira, seulas senyum samar mengembang di wajah tampannya.
"Fan?" Erfan menoleh ketika di rasakannya tangan cewek itu bertahan di tangannya beberapa saat. "udah nggak ada yang ketinggalan, kan?"
Erfan menggeleng. "Nggak kok." dia tersenyum dan segera menarik tangan cewek itu untuk masuk ke dalam mobilnya.
Terdengar suara mobil menjauh yang melintas di indera pendengaran Aira, cewek itu menghela napas lega dan kembali membalikan tubuh. Bertepatan dengan itu, mobil Gina tiba di depan rumahnya. Dengan segera Aira membuka pagar dan berlari menuju mobil Gina.
"Kenapa, Ra?" tanya Gina bingung. Di perhatikannya wajah Aira yang sedikit pucat.
Aira menggeleng pelan. "Nggak pa -pa, kok." balasnya masih berusaha menyembunyikan kekagetannya. Dia tak menyangka akan kembali melihat Erfan bersama gadis lain, dan entah kenapa tiap kali melihat pemandangan itu emosinya akan hadir.
"Jadi kita kemana?"
"Kafe biasa, aja."
sumber: https://www.facebook.com/notes/kumpulan-cerpen-rorafizaus/when-you-smile-2/520232524727531
kumpulan Cerpen Seru : In My Dream | Bagian Kedua
Kumpulan Cerpen Seru : In My Dream | Bagian Kedua ~ Kupasang kupingku setajam mungkin. Sepertinya berasal dari belakang sekolah,tepatnya dibelakang kelasku. Suaranya merdu..benar benar ringan dan enak didengar. Macam suara Yesung suju saja.
Kulangkahkan kakiku mendekati jendela dan kulongokkan kepalaku keluar. Suara nyanyian itu masih terdengar tapi tak kulihat siapa siapa disana.
"menurut gosip katanya dibelakang sekolah kita itu anker.." terlintas ucapan teman teman ku tentang keangkeran belakang sekolah ini. Ah,masa' iya suara merdu begini milik setan? Karena penasaran,kuputuskan untuk datang langsung kebelakang sekolah. Aku berjalan penuh waspada. Langkahku terhenti saat kulihat seseorang yg duduk bersandar dibawah pohon mahoni sambil memetik gitar dan melantunkan lagu melow. Aku bersembunyi dibalik pohon untuk melihatnya lebih jelas.
"lho..itu kan,," aku menggumam. Cowok itu yang tadi menabrakku. Yang mengaku namanya Raka.
"Keluarlah.." teriaknya sambil menghentikan permainan gitarnya. Huh? Dia tau aku disini? Aku tak keluar malah semakin menipiskan badanku agar tak terlihat olehnya.
"Hey.."
"astaga!" aku tersentak saat tiba tiba dia sudah berada didepanku. Dia tertawa pelan melihatku yang kaget akan kehadirannya.
"kamu ngapain disini?"tanyanya masih ramah dan lembut.
"anu..tadi..nggak sengaja denger kamu nyanyi.." jawabku sambil garuk garuk kepala.
"ouh..mau denger lagi?" aku mengangguk canggung,ia menarik tanganku dan mengajakku duduk ditempatnya tadi.
Perlahan ia mulai memainkan gitarnya lagi. Sangat merdu dan menyentuh hati,aku terkesima mendengarnya.
"um..kamu..kenapa belum pulang?"tanyanya yg kini menghentikan permainan gitarnya.
"pulang?oh iya!" aku menepuk jidatku dan segera bangkit berdiri.
"aku pulang dulu!" kataku cepat sambil mengambil langkah tapi sepertinya dia menahan tanganku.
"aku juga mau pulang..ayo bareng.."ajaknya sambil ikut berdiri. Sebelah tangannya memegang gitar sementara sebelah lagi masih menggenggam pergelangan tanganku.
"rumah kamu dimana?"tanyanya seraya menarikku berjalan.
"komplek sakura"
Sumber : https://www.facebook.com/#!/note.php?note_id=200381856712601
Bersambung,...
Cerpen : Kita Sendirian di Dunia Ini | Bagian Kedua
Cerpen : Kita Sendirian di Dunia Ini | Bagian Kedua ~ Hmm,.. Ini adalah cerpen lanjutan dari yang pertama kemarin, dan tak lupa terima kasih kepada Kumpulan Cerpen dan Puisi karena telah membolehkan saya untuk memostingkan cerpen ini ^_^ . pengen tau kelanjutannya? cekidoot dehh :D .
Gian duduk bersimpuh di hadapan ibunya. Dia menyadari, meminta izin pergi kepada ibunya bukanlah sesuatu yang mudah. Dan benar saja, yang didapat Gian hanyalah omelan panjang bertubi-tubi. Ibu Gian adalah seorang yang benar-benar dingin jika dihadapkan dengan pemakaian uang belanja.
“besok kartu ATM mu ibu blokir, jangan harap kau bisa menghabiskan uangku” sergah ibu gian galak.
“itu uang tabunganku bu, bukankah aku selalu berhemat?. aku selalu memakai bis jika ingin kemana-mana. Aku tidak punya kendaraan sendiri seperti teman yang lain.” Kata Gian memelas.
“besok kartu ATM mu ibu blokir, jangan harap kau bisa menghabiskan uangku” sergah ibu gian galak.
“itu uang tabunganku bu, bukankah aku selalu berhemat?. aku selalu memakai bis jika ingin kemana-mana. Aku tidak punya kendaraan sendiri seperti teman yang lain.” Kata Gian memelas.
Langganan:
Postingan (Atom)