Nuansa Remaja

Blog Remaja Indonesia

Cerpen Seru: The Pursuit Love #5

"Bagaimana bisa? Aku bahkan tidak melamar pekerjaan disana.." gumam Karin bingung. Ia benar-benar tak mengerti dengan yang dikatakan seseorang di seberang telfon. Katanya Karin di terima bekerja di perusahaan mereka dan hari ini mulai interview. Yang benar saja.

"Mungkin anda salah sambung.." ucap Karin, si penelpon bersikeras bahwa dirinya sama sekali tidak salah sambung.

"Ah, baiklah.. Aku akan datang sore ini.." ucap Karin dan kemudian memutuskan sambungan telfon. Gadis itu lalu terduduk dengan wajah bingung. Pikirannya berusaha mengingat-ngingat, kapan dirinya pernah melamar pekerjaan, dan hasil pemikirannya adalah tidak sama sekali. Tentu saja, ia bahkan baru di pecat beberapa saat yang lalu.

***

Daniel duduk santai di atas sofa di dalam ruangannya. Secangkir teh yang masih hangat terletak diatas meja di depannya. Dan lelaki itu hanya memandangi bayangan wajah tampannya didalam teh tersebut tanpa berniat meminumnya.

Ponselnya yang tergeletak tak jauh dari cangkir teh itu berdering, membuatnya melirik kelayar benda yang berkedip-kedip itu. Beberapa saat kemudian, iapun menjawab panggilan yang masuk itu.

"......."

"Oke, antarkan dia ke ruanganku.." ucap Daniel dengan senyum kecil disudut bibirnya. Iapun mengakhiri sambungan telfon dan mengembalikan ponselnya ke tempatnya semula.

Tak harus menunggu lama, pintu ruangannya sudah diketuk dari luar. Menandakan seseorang yang sedang ditunggunya sudah tiba. Daniel menyeringai.

"Masuk!" serunya dan pintupun terbuka.

Tampak seorang gadis berkulit putih dengan rambut coklat kemerahannya yang tergerai sedang berdiri diambang pintu. Daniel menoleh dan gadis itu tersentak kaget.

"Hey.. Apa yang kau lakukan disitu? Kau tidak mau masuk?" tegur Daniel dengan wajah galaknya. Karin terkesiap lalu buru-buru menutup pintu. Daniel terkejut dan melongo tak percaya.

"Hey, apa yang dilakukan gadis gila itu?" gumamnya dan segera berdiri dari duduknya, iapun berjalan mendekati pintu yang baru saja ditutup Karin.

"Kau.." Daniel mendesis dan menarik pintunya. Karin nampak masih berdiri di depan pintu dengan wajah tak percaya.

"Kenapa kau tidak masuk dan malah menutup lagi pintunya? Kau bodoh atau idiot?!" cerca Daniel kesal. Karin merenggut tersinggung.

"Aku salah ruangan!" katanya dan segera beranjak pergi tapi Daniel buru-buru mencegat lengannya.

"Kata siapa kau salah ruangan heum?"

"Aku ingin ke ruangan direktur perusahaan ini, ku rasa aku salah karena masuk ke ruangan office boy"

"A-apa?" Daniel membolakan matanya dan menatap tak percaya kearah Karin yang secara tak langsung menyebutnya sebagai office boy.

"Kau mengira aku ini seorang office boy?!" tanya Daniel emosi, suaranya sampai melengking di telinga Karin.

"Lalu apa? Kau tidak terlihat seperti direktur kan?"

"Oh, ya ampun.. Gadis ini benar-benar.. Mana ada office boy setampan ini!!" lagi-lagi Daniel berteriak memekakkan telinga. Karin mengerjapkan matanya, memandang Daniel dari bawah keatas.

"Kau percaya diri sekali ya!?"

"Tentu saja! Semua orang juga tau bahwa aku tampan! Kemari kau.. Akan ku tunjukkan siapa aku!"

Daniel bergegas menarik lengan Karin, menyeretnya masuk ke dalam ruangannya. Setelah itu, pintu ruangannya ia banting keras-keras. Karin tercekat, ia merasa ketakutan sekarang. Mungkin Daniel akan membunuhnya atau memutilasinya karena dendam kesumat padanya. Biar bagaimanapun, Karin masih ingat telah mencium lelaki ini walaupun tanpa unsur kesengajaan dan juga sudah dua kali menendang kakinya.

"Kau mau apa hah? Lepaskan aku!" rintih Karin sambil berusaha melepaskan tangannya. Daniel tak bergeming dan terus menyeret Karin kemudian mendorongnya hingga terduduk diatas sofa.

"Lihat itu! Kau bisa baca kan?"

Karin menolehkan kepalanya kearah yang ditunjuk Daniel. Matanya memicing melihat sebuah balok tipis yang terbuat dari kaca terletak diatas meja. Disana tertulis "Daniel Tan Direktur eksekutif"

Daniel tersenyum menanti ekspresi Karin setelah membaca tulisan itu dan ternyata ekspresinya tidak berubah sedikitpun. Flat, malah mengernyit tak mengerti.

"Kau tidak bisa baca ya? Disana tertulis namaku sebagai direktur eksekutif!"

"Itu namamu?"

"Lalu nama siapa? Namamu? Tentu saja namaku! Dasar kau bodoh!"

"Heh! Berhenti menyebutku bodoh!"

"Kalau bukan bodoh apa? Dungu?"

"Kau ini benar-benar.. Aish! Aku harus pergi dari tempat terkutuk ini!" desah Karin dan segera bangkit berdiri, tapi Daniel tak membiarkannya, lelaki itu kembali menghalangi langkahnya.

"Kau dipanggil kesini untuk interview kan? Seenaknya saja kau pergi! Kau mau kehilangan pekerjaan ini?"

Karin terdiam dan kembali duduk diatas sofa. Ia sedang berpikir keras, ia tidak melamar pekerjaan ketempat ini dan tiba-tiba mendapatkan telfon bahwa dirinya diterima bekerja disini. Dan ketika datang kesini, ia bertemu orang yang kemarin diciumnya tanpa sengaja dan juga beberapa kali di tendangnya. Ini benar-benar membingungkan. Atau mungkin ini unsur kesengajaan?

Karin memandang Karin dengan tatapan curiga.

"Kau merencanakan semua ini ya?" tanyanya tajam.

"Merencanakan apa? Apa maksudmu?"

"Kau sengaja memperkerjakan aku disini supaya bisa menjahatiku? Kau dendam padaku ya?"

"Heh! Kenapa kau bisa berpikiran seperti itu hah? Aku saja tidak tau kenapa kau bisa bekerja disini.. Perusahaanku sedang melakukan pencarian karyawan baru, dan aku tidak tahu menahu soal itu. Aku hanya di beritahu bahwa seseorang akan datang dan aku harus menginterview nya sore ini.. Kebetulan saja itu kau.." terang Daniel dengan lancar.

Karin memdesis lirih.

"Aku bahkan tidak melamar kerja disini! Bagaimana bisa aku di terima?"

"Ah.. Mungkin ada kerabatmu yang berbaik hati padamu.."

"Dasar gila! Aku tidak mau bekerja disini!"

Karin bergegas bangkit dan beranjak pergi tapi lagi-lagi, untuk kesekian kalinya, Daniel menahan langkahnya.

"Kau ini menghindariku terus.. Kau malu padaku ya?" tanya Daniel dengan wajah menggoda. Karin menatapnya bingung.

"Malu?"

"Kau malu karena waktu itu kau menciumku kan? Karena itu kau selalu saja menghindariku.. Sudahlah.. Aku juga tidak menganggap kejadian itu sebagai sesuatu yang harus ku ingat, aku sudah melupakannya.. Tidak perlu malu! Bersikap biasa saja!" tukas Daniel. Karin mendengus jengkel.

"Terserah kau saja! Aku tetap tidak mau bekerja disini?"

"Kau yakin? Kau baru kehilangan pekerjaanmu kan? Apa kau tidak butuh pekerjaan baru untuk memenuhi kebutuhanmu?"

Pertanyaan Daniel membuat Karin mendelik cepat.

"Kau benar-benar membuatku kesal! Lepaskan aku! Aku mau pergi!"

"Pekerjaan ini jauh lebih baik dari pekerjaan lamamu, dan gajinya jauh lebih besar.. Hey.. Aku hanya ingin membantumu"

"Kau peduli padaku?"

"Jangan salah paham! Nanti kepalamu tambah besar! Aku hanya kasihan melihatmu marah-marah seperti tadi pagi.. Sudahlah, aku sedang baik! Terima saja pekerjaan ini dan kau tidak akan menyesalinya seumur hidupmu!"

Karin menghela nafas kasar dan menatap Daniel dengan tatapan keki.

"Dengar ya Tuan Tan! Aku tidak mau bekerja di kantormu ini!" ketus Karin kemudian menghempaskan tangan Daniel di lengannya, lalu gadis itu melangkah pergi.

"Pikirkan saja dulu! Kalau kau berubah pikiran datanglah!" seru Daniel dan tak di gubris Karin. Gadis itu segera membuka pintu dan berjalan keluar kemudian menutup pintu dengan kasar.

"Gadis keras kepala! Lihat saja, siapa yang akan datang kesini dan memohon padaku!"


Artikel Menarik Lainnya

0 Responses to “Cerpen Seru: The Pursuit Love #5”

Posting Komentar