Nuansa Remaja

Blog Remaja Indonesia

Cerpen Seru: The Pursuit Of Love #10

Hari ini adalah hari pertama bagi Karin bekerja sebagai sekretaris pribadi Daniel. Gadis itu kelihatan bersemangat, belum sampai jam 7, ia sudah siap berangkat. Apalagi hari ini tidak ada kuliah dan itu membuatnya bisa memulai pengalaman pertama dengan tenang dan bersemangat. Biar bagaimanapun, ia bertekad memberikan kesan pertama yang baik bagi Bos barunya agar pekerjaannya ini awet, tidak seperti pekerjaan sebelumnya.

Sesuai kata Daniel kemarin, hari ini Karin mengenakan pakaian yang formal ala orang kantoran. Dan iapun segera berangkat menuju kantor Daniel. Gadis itu belum memutuskan akan kesana dengan transportasi apa, mau naik taxi, tarifnya terlalu mahal, sedangkan naik angkutan umum pasti akan sangat memalukan.

Tiba-tiba saja seseorang yang mengendarai sepeda motor berhenti di dekatnya. Karin mengernyit tak mengenali orang itu karena helm full facenya.

Menyadari bahwa Karin tak mengenalinya, lelaki bermotor sport itu membuka helmnya lalu mengacak-acak rambutnya yang terasa sedikit panas dan berkeringat, baru setelah itu ia menoleh kearah Karin dengan senyum manis menawan.

"Hey.. Apa kabar?" sapanya ramah. Karin terbelalak lalu melonjak kegirangan.

"Zain! Apa yang kau lakukan disini?" tanya gadis itu yang masih seperti tak percaya bahwa lelaki berparas barat itu ada disini. Seingatnya, terakhir kali mereka bertemu adalah ketika pesta ulang tahun salah satu teman mereka di kampus dan itu sudah lama sekali.

"Kau melihatku seperti melihat hantu!" cibir Zain setengah mengumpat. Karin tertawa dan memukul pelan lengannya.

"Kemana saja kau selama ini hah? Ku kira kau hilang di telan bumi!"

"Bumi tidak akan kenyang hanya karna menelanku" gurauan Zain kembali membuat Karin memukul lengannya, kali ini sedikit lebih keras.

Zain adalah teman yang dikenalnya saat pertama kali menduduki bangku kuliah, waktu itu mereka sering di kelas yang sama. Zain lelaki yang ramah dan cukup populer di kalangan para gadis, tapi itu tak membuatnya sombong, entah mengapa, ia malah menempel terus pada Karin.

Saat semester 3, Zain pindah ke Amerika karena orang tuanya yang menginginkannya berhenti sekolah seni dan belajar di jurusan kedokteran. Padahal Zain lebih suka seni dari pada kedokteran, tapi berhubung lelaki itu anak yang baik, iapun menuruti keinginan orang tuanya.

"Jadi kau kemana saja selama ini?" tanya Karin yang memang tak tau perihal kepindahan temannya itu keluar negeri. Zain tersenyum manis menanggapi pertanyaannya.

"Aku berkelana.."

"Jangan bergurau denganku!"

"Kau masih galak seperti dulu ya.."

"Kalau tidak mau aku bertambah galak, cepat ceritakan! Kemana saja kau selama ini?" desak Karin. Gadis itu sudah sangat penasaran.

"Hmm.. Sepertinya tidak menyenangkan kalau ku ceritakan sekarang.. Kau punya waktu? Ayo kita jalan-jalan.."

Mendengar kalimat Zain, Karin jadi teringat sesuatu. Gadis itu terdiam beberapa saat dengan wajah yang tiba-tiba menegang. Perlahan, iapun melirik jam tangannya dan seketika gadis itu memekik.

"Kyaaa!! Aku terlambat!" pekiknya panik. Zain yang mendengar teriakannya jadi ikutan panik.

"Hah? Ada apa? Kau terlambat? Kau mau ke kampus ya? Aduh.. Aku membuatmu telat.. Maafkan aku!" ucap Zain kelabakan. Karin menggeleng.

"Bukan ke kampus! Tapi ke tempat kerjaku! Ini sudah lewat 5 menit dari waktu seharusnya!"

"Kalau begitu, cepat naiklah! Aku akan mengantarmu!" kata Zain lalu segera mengenakan helm nya lagi. Karin tak punya waktu untuk berfikir dan segera naik ke boncengan.

"Dimana tempat kerjamu?" tanya Zain dengan suara yang kurang jelas karena helm nya. Tapi Karin masih dapat memahaminya.

"Lurus saja! Sekitar 7 KM dari sini"

"Baiklah! Pegangan yang erat! Aku akan membawamu kesana secepatnya!"

Karin tersentak saat Zain menggas motornya kencang, refleks, gadis itu langsung melingkarkan tangannya di pinggang Zain dan memeluknya erat.

***

"Ya ampun! Dia kuliah atau apa? Ini sudah lewat jam tujuh! Hah! Bodoh sekali diriku ini, mengatakan padanya bahwa dia boleh datang saat pulang kuliah! Bisa saja kan dia menipuku, lagipula aku punya mata-mata darimana? Reina saja tak kan mau membantuku lagi! Aish.. Kenapa aku jadi gelisah begini.." Daniel terus mengoceh sambil berjalan mondar-mandir di ruangannya. Sejak tadi lelaki itu menunggu kedatangan sekretaris barunya. Bahkan ia berangkat ke kantor lebih pagi dari biasanya karena dia pikir, di hari pertamanya, Karin pasti akan datang pagi dan tepat waktu tapi saat ini sudah lewat dari jam 7.

Daniel menghempaskan tubuhnya di sofa dan duduk dengan tak tenang.

"Harusnya ku katakan padanya agar datang jam 7 di hari pertama! Persetan dengan kuliahnya! Aish.." Daniel terus mengoceh, tak berapa lama kemudian, lelaki itu berdiri dan melangkah keluar dari ruangannya.

Dengan langkah cepat, Daniel berjalan menuju lift lalu masuk ke dalamnya dan menekan tombol ke lantai dasar.

Begitu keluar dari lift, Daniel langsung melangkah di lobby dan mengitari pandangannya kesana kemari,berharap kalau sekretaris barunya ada diantara orang-orang disana


Artikel Menarik Lainnya

0 Responses to “Cerpen Seru: The Pursuit Of Love #10”

Posting Komentar