Nuansa Remaja

Blog Remaja Indonesia

Cerpen Seru: The Pursuit Of Love #21

Hari ini, Daniel berangkat ke kantor agak sedikit kesiangan. Sepertinya lelaki itu terlambat bangun dikarenakan terus
mengingat taruhan gilanya dengan Keenan.

Semalam dirinya berdebat dengan dirinya sendiri. Satu sisi, ia terus mengutuki dirinya yang sangat bodoh mengatakan pada Keenan bahwa ia akan meninggalkan
posisinya sebagai Direktur jika ia menyukai Karin dalam waktu satu bulan ini. Tapi sisi dirinya yang lain mendukung perbuatannya
itu, karena jika ia benar-benar berhasil untuk tidak menyukai Karin, maka Keenan akan
memberikan sesuatu yang sangat ia inginkan dari dulu, lagipula ia yakin tak akan jatuh cinta pada Karin mengingat perilakunya yang kasar dan juga cengeng.

Berdebat semalaman memberikan efek lesu di wajah Daniel. Mengemudipun dengan kecepatan yang super lelet dan satu-satunya
orang yang dapat mengkomplainnya
mengenai keterlambatannya ke kantor adalah Ibunya, presdir dari HT group, perusahaan yang dipimpinnya.

Ibu Daniel yang sedang berada di luar negeri itu tak henti menghubungi anaknya karena
mendapat laporan dari beberapa orang kepercayaannya mengenai keterlambatan Daniel padahal jam 9 pagi nanti ada client penting yang harus ia temui. Daniel yang
memang sedang malas selalu menutup telfon Ibunya secara sepihak.

Daniel sampai di kantor dan langsung memarkirkan mobilnya. Sebelum keluar, ia mengaca di spion, memastikan bahwa
dirinya tidak terlihat buruk apalagi jelek.

"Aku tetap harus menjaga imageku sebagai direktur yang tampan!" gumamnya sambil
tersenyum pada bayangannya di kaca spion.

Ia lalu merapikan kemeja dan dasinya, tak lupa dengan tatanan rambutnya yang ikut dirapikannya. Bagaimanapun juga, tatanan rambut sangat mempengaruhi penampilan
seseorang, menurutnya.

Keluar dari mobil, Daniel menegakkan badan dan berjalan santai namun setelah memastikan tak ada yang melihatnya, bahunya langsung merosot dan jalannya
menjadi lunglai.

"Ini gara-gara Kak Keenan yang
menyebalkan! Dia sama saja dengan adiknya si Reina itu! Bisanya hanya membuatku
kesal! Benar-benar saudara yang serasi!" umpatnya dengan bibir mengerucut. Lelaki
itu kembali menegakkan badannya dan menyunggingkan senyum ketika memasuki lobby dimana semua orang akan
menyapanya dan menundukkan kepala.Daniel tersenyum ramah.

Senyum Daniel lenyap begitu tak melihat Karin di mejanya dan malah melihat Gracia tengah menatapi layar komputer di meja
Karin. Daniel ingat, ia memang menyuruh Gracia menggantikan Karin sementara jika gadis itu tak masuk, padahal Gracia amat
sangat keberatan karena dirinya itu general manager bukan sekretaris. Menjadi sekretaris walau hanya sebentar, baginya
seperti turun jabatan.

Begitu melihat Daniel, Gracia langsung berdiri dan menunduk hormat. Daniel mendekatinya dan berdiri di depan meja.

"Mana si cengeng itu?" mendengar pertanyaan Daniel yang tidak jelas menimbulkan kerutan di kening Gracia.

Daniel menghela nafas lalu memperjelas pertanyaannya.

"Sekretaris baruku! Mana dia?"

"Oh.. Dia menelponku dan mengatakan ada kuliah pagi ini dan akan datang nanti siang.."
jawab Gracia. Daniel nampak kesal
mendengar jawabannya.

"Ya sudah! Gantikan tugasnya dengan baik, paling tidak kau lebih terpelajar darinya!" ucap Daniel sambil tersenyum manis. Gracia nyaris terbius senyumnya itu tapi buru-buru menyadarkan diri. Ia ingat sudah bersuami.

Daniel berjalan masuk ke ruangannya.Setidaknya masih ada waktu sebelum
menemui client. Yeah, waktu untuk kembali
berdebat? Mungkin.

"Ya ampun, ya ampun, ya ampun! Kenapa dia tidak menelponku?" keluh Daniel sembari melempar jasnya keatas sofa lalu
menghentakkan kakinya dengan kesal.

"Dia harusnya menelfonku! Aku sudah bilang padanya! Bahkan sudah ku tegaskan!" rutuknya keki.

"Tak taukah dia, bahwa dia adalah gadis paling beruntung karena mendapat nomor telponku semudah itu?! Aish! Dia benar-
benar.." Daniel terus mengomel sendiri lalu menghempaskan tubuhnya diatas sofa.

Ia sempat diam beberapa saat sebelum kembali mengeluarkan ocehannya.

"Dia tidak menelponku! Itu bisa dianggap pelanggaran! Bisa saja dia menipuku dengan pergi kencan atau tidur dirumah kan?
Bagaimana dengan kemungkinan pura-pura kuliah demi bolos kerja!? Kurasa dia sudah besar kepala karena mendapat hak istimewa dariku! Oke! Akan ku pastikan dia menipuku atau tidak!"

Daniel bergegas bangkit lalu
berjalan keluar dari ruangannya. Gracia yang melihatnya langsung menegur membuat langkah penuh semangat milik Daniel
menjadi terhenti.

"Maaf, direktur.. Anda harus menemui client lima belas menit lagi.." kata Gracia memberitahu sekaligus mengingatkan.
Daniel melengos.

"Bagaimana kalau kau tunda saja?"

"Maaf.. Tapi client kita sedang dalam perjalan kemari.. Diperkirakan mereka sampai dalam waktu kurang dari sepuluh menit!"

Damn! Daniel merutuk dalam hatinya. Mana mungkin ia menggunakan waktu sepuluh menit untuk pergi memeriksa apakah Karin membohonginya atau tidak, keculi ada doraemon yang akan membantunya.
Sayangnya itu hanya ada dalam kartun yang sering di tonton Reina.

***

Karin sedang mengikuti pelajarannya di kampus. Hari ini ada ulangan mendadak yang mengharuskannya untuk datang. Ia tak mungkin membolos. Lagipula, ia sudah memberitahu Gracia.

Lepas dari pekerjaannya mengisi soal, Karin pergi ke kantin untuk mengisi perutnya yang keroncongan. Gaji pertama yang diberikan Daniel dua kali lebih banyak dari gajinya dikantor yang lama dan itu membuat Karin
lupa caranya berhemat. Gadis itu memesan banyak makanan dan menghabiskannya sendirian.

"Jarang-jarang aku bisa makan banyak seperti ini!" gumamnya dengan mulut penuh.

Ia lalu teringat dengan Daniel yang berprilaku buruk tapi juga membuatnya senang. Yeah, membuatnya senang karena
memberinya pekerjaan dan gajinya yang banyak.

"Kalau dipikir-pikir, dia itu sebenarnya baik! Tapi kenapa dia selalu menggodaku dan berprilaku menyebalkan? Apa sebenarnya tujuannya mempekerjakanku? Oh iya! Dia
dekat dengan Pak Keenan, aku juga pernah bertemu dengannya di kantor yang lama! Jangan-
jangan..." Karin menghentikan gumamannya lalu secara tiba-tiba menggebrak meja.

"Dia sengaja memungutku!" serunya cukup lantang, membuat beberapa pasang mata menatapnya. Menyadari hal itu, Karin langsung duduk tenang dan bergelut kembali dengan makanannya.

"Ku rasa memang benar kalau dia ingin membalas perbuatanku dengan cara menyiksaku! Tapi kenapa dia memberiku gaji? Dia kasihan?"

Karin kembali larut dalam
pikirannya sampai seseorang datang dan duduk di depannya. Karin mengernyit dan mengangkat wajahnya. Gadis itu nyaris saja tersedak melihat siapa yang duduk di hadapannya saat ini.

"Zayn!" pekik Karin dengan ekspresi tak percaya. Sementara Zayn hanya tersenyum menatapnya.

"Lagi-lagi kau melihatku seperti melihat hantu!" umpat Zayn dengan senyum tetap tersungging. Karin langsung menyentuh pipi Zayn dengan jarinya, memastikan bahwa
orang di hadapannya ini memang manusia.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Karin setelah benar-benar yakin dengan sosok Zayn.

"Menurutmu apa? Aku kembali menjadi mahasiswa disini!"

"Apa?!" Karin melotot tak percaya, untung dimulutnya sudah tidak ada makanan. Jika masih, tidak menutup kemungkinan makanan itu akan muncrat ke wajah Zayn.

"Hey.. Tidak usah kaget begitu! Ini bukan berita mengenai Presiden yang bercerai dan kawin lagi!" kata Zayn sambil tergelak. Karin
memukul lengannya keras.

"Bagaimana bisa kau seenaknya begitu? Kau sudah lama menghilang dan sekarang
melanjutkan kuliah disini! Kau harus mulai dari semester 3 lagi?" pertanyaan Karin membuat Zayn menggelengkan kepalanya.

"Aku di semester yang sama denganmu! Aku punya cara sendiri untuk bisa melanjutkan
kuliah tanpa perlu memulai dari awal! Aku ini orang yang jenius!"

Karin mengernyit dan menatap Zayn dengan pandangan curiga.

"Kau.. Menyogok lagi ya?" terka Karin dengan suara berbisik. Zayn tertawa mendengarnya.

"Apa maksudmu dengan lagi? Aku baru kali ini melakukannya! Sudahlah! Ku lihat kau sedang makan, mana nalurimu sebagai
seorang teman? Kau bahkan tak
menawariku!" ujar Zayn dengan wajah cemberut. Karin memukul lengannya lagi.

"Makanlah sesukamu dan bayar sendiri!" tukas Karin dan Zayn langsung tertawa ringan.

"Hey.. Kau bilang akan bercerita mengenai hilangnya dirimu selama ini! Ayo cepat! Ceritakan padaku!" pinta Karin. Ia sudah
tidak tertarik lagi makan dan malah memfokuskan dirinya pada Zayn.

Zayn baru membuka mulut untuk mulai bercerita tapi suara ponsel Karin menghentikannya.

"Aish! Aku mengutuk orang yang
menelponku ini!" sungut Karin keki. Zayn hanya tersenyum dan membiarkannya mengangkat telpon.
Karin mengambil benda mungil itu dari saku celana jeansnya dan memeriksa layarnya. Ringisan keki langsung terdengar dari mulutnya.

"Siapa?" tanya Zayn tanpa mengeluarkan suara. Karin manjawabnya juga tanpa
mengeluarkan suara.

"Orang gila!"

Merekapun tertawa lepas. Karin
mengabaikan panggilan telponnya dan kembali fokus, siap mendengarkan cerita Zayn.

***

"Wah! Dia benar-benar parah!" Daniel uring-uringan di ruangannya. Sudah dua kali ia
mencoba menelpon Karin dan panggilan pertamanya diabaikan, lalu panggilan keduanya di reject. Daniel naik pitam, ia tak
mau menelpon tiga kali karena menurutnya itu pelecehan. Seorang lelaki menelpon
seorang gadis sebanyak tiga kali tanpa jawaban, berarti lelaki itu menyukai si gadis. Pemikiran macam apa itu? -,-

Daniel akhirnya terduduk di kursi kerjanya. Memutarnya sampai ia merasa pusing. Dan ketika kepalanya belum pulih dari efek
pusing itu, ia seakan melihat Karin yang tengah berdiri di depan mejanya dan tersenyum padanya. Seketika itu juga Daniel menggeleng-gelengkan kepalanya dan Karin yang tadi di depan mejanya kini tengah
duduk manis di sofa ruangannya dan tersenyum padanya. Daniel mengucek matanya dan saat melihat lagi, Karin sudah ada disampingnya. Lelaki itu terlonjak.
Namun sosok Karin yang dilihatnya hanya halusinasi.

"Ada apa denganku?!" teriak Daniel frustasi.

Ia lalu keluar dari ruangannya dan pergi ke toilet untuk mencuci muka.

"Dia ingin menghantuiku?" gumamnya lalu mendesah kesal.

Daniel melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 11 tepat, ia sudah selesai berurusan dengan clientnya dan iapun mulai berencana untuk memastikan
bahwa Karin membohonginya atau memang benar-benar pergi kuliah.

Sambil mengendari mobilnya, Daniel terus berdebat dengan dirinya lagi. Ketika ia ingat lelaki berkumis tebal, dengan wajah sangar dan perut buncit yang pernah dilihatnya di ruang teater tempo hari, Daniel langsung mengerem mobilnya. Namun ketika membayangkan Karin sedang berfoya-foya dengan gaji pertama yang ia berikan, lelaki
itu langsung menjalankan mobil dengan kecepatan penuh.

"Aku hanya tidak mau dibohongi! Itu saja! Daniel Tan yang tampan tidak mungkin datang menemui seorang gadis berstandar rendah karena menyukainya! Cih, tak akan!"


Artikel Menarik Lainnya

0 Responses to “Cerpen Seru: The Pursuit Of Love #21”

Posting Komentar