Cerpen Seru: The Pursuit Of Love #22
Tan tiba di depan kampus tempat Karin kuliah. Ia tidak tahu gadis itu ada disini atau tidak, ia hanya ingin memastikan.
Dari dalam mobil, lelaki itu menajamkan matanya, mencari-cari keberadaan Karin diantara mahasiswa dan mahasiswi yang berlalu lalang. Tan meringis, Karin tak terlihat.
"Awas saja kalau dia membohongiku! Akan ku cabut gajinya dan kutuntut ke pengadilan!" umpatnya.
Tan berniat turun tapi sebelum itu, ia melepas jas yang membuatnya kepanasan. Dasi yang ia kenakan pun ikut dilepaskannya. Ia tidak ingin terlihat seperti dosen lagi. Meskipun dosen itu jenius namun tetap terlihat kuno, menurutnya.
Setelah memastikan wajahnya nampak cute, Tan pun turun dari mobilnya. Dengan langkah santai dan karismatik, ia melangkah memasuki gerbang kampus. See, semua orang memandangnya kagum. Hati Tan bertepuk tangan riang.
Setelah agak jauh dari gerbang, Tan menghentikan langkahnya. Ia agak bingung mau kemana. Jika ke fakultas seni, ia takut bertemu orang yang dianggapnya spesies mengerikan.
Tan baru akan kembali melanjutkan langkahnya ketika mendengar suara seorang gadis memekik, menyerukan namanya.
"Daaaannn!!"
"Cih, permen loly itu lagi!" gerutu Tan sebelum berbalik dan mendapati Reina dengan jarak beberapa meter di belakangnya.
Reina sedang bersama temannya, namun ia langsung lari menghampiri Tan dan meninggalkan temannya sendirian.
"Sedang apa kau disini?" tanya Reina sambil menatap aneh Tan.
"Aku? Oh.. Hanya lihat-lihat" jawab Tan santai. Kening Reina mengernyit.
"Lihat apa? Kau mau cari gadis itu ya?!" terka Reina dengan telunjuk hampir mengenai mata Tan, Tan kesal dan langsung memelintir jari telunjuk Reina sampai gadis itu meringis minta di lepaskan.
"Kau salah paham!"
"Salah paham apa? Kau kan bertemu gadis yang menciummu itu disini, pasti kau sengaja datang untuk mencarinya! Atau.. Kau sudah bertemu dengannya dan ingin mengajaknya kencan?"
Ocehan Reina benar-benar membuat Tan gemas. Harusnya ia tak hanya memelintir jarinya tapi juga mulutnya.
"Dengar ya anak kecil, urus saja urusanmu sendiri!" tukas Tan. Reina cemberut.
"Kau selalu mengatakan hal itu jika sedang tidak membutuhkanku!"
"Tentu saja! Jika aku membutuhkanmu maka aku akan bicara dengan sangat manis dan tersenyum imut seperti ini.." sahut Tan sembari tersenyum dengan imutnya. Reina lekas melayangkan cubitan di pipinya.
"Aish! Sakit tau!" ringis Tan dan Reina hanya tertawa.
"Oh ya.. Itu temanmu kenapa melihatku begitu?" tanya Tan yang tiba-tiba merasa merinding ketika melihat teman Reina yang menatapnya dengan mata berbinar, wajah sumringah dan bibir komat-kamit. Reina ikut menoleh pada temannya dan ikut merinding.
"Dia baru pertama kali melihat orang aneh! Sudah ya, aku pergi dulu! Semoga bertemu gadis yang kau cari!" Reina pun segera berbalik hendak pergi tapi Tan dengan segera menarik baju sepupunya itu hingga Reina kembali menghadap kearahnya sambil meringis.
"Apa-apaan kau?!" bentaknya kesal.
"Kau menceritakan tentang gadis itu pada kak Keenan! Iya kan?" tanya Tan dengan tatapan tajam. Reina mengangguk dengan polosnya dan itu langsung membuat Tan merengkuh kepalanya dan mengacak-acak rambutnya dengan geram. Reina menjerit-jerit sambil berusaha melepaskan diri.
"Mulutmu itu benar-benar bocor ya! Kau menyebalkan! Tidak bisa di percaya! Kau seperti atap bocor yang tidak bisa melindungi isi rumah dan seperti bak mandi bocor yang tidak bisa menyimpan air di dalamnya! Kenapa kau ceritakan padanya hah?!" amuk Tan dengan emosi sampai ke ubun-ubun. Reina tercekik dan hampir tak dapat bicara. Tangannya melambai-lambai berusaha minta pertolongan tapi orang-orang disekitarnya hanya melongo melihatnya bahkan teman Reina sendiri masih dibawah hipnotis Tan.
"Heh! Kau mau membunuhnya hah?!"
Tan tersentak saat suara seorang lelaki terdengar membentak dan ia yakin bentakan itu untuknya. Tak lama setelah suara itu terdengar, pemiliknyapun muncul dan langsung mendorong Tan menjauh dari Reina. Reina yang merasa baru saja selamat dari bencana langsung bersembunyi dibalik punggung penyelamatnya.
Tan menatap lelaki tinggi berwajah barat yang terlihat melindungi Reina. Padahal dibelakangnya, Reina menjulurkan lidah kearah Tan.
"Mana boleh kau sekasar itu terhadap wanita? Kau tidak malu? Semua orang melihatmu menganiaya seorang wanita!" seru lelaki itu. Tan mendesis lalu tersenyum sinis.
"Wah.. Senang sekali, putri cerewet diselamatkan pangeran pemberani!" sindirnya dengan mata melotot kearah Reina. Reina hanya membalasnya dengan leletan lidah.
Ia lalu menginjit dan mencondongkan wajahnya untuk melihat siapa yang telah menyelamatkannya dan mata gadis itu membola besar. Sedari tadi, ia tidak sadar bahwa yang menyelamatkannya adalah Zayn.
"Kau tidak apa-apa kan?" tanya Zayn sambil melirik Reina. Jantung Reina berdebar kencang dan muka nya menjadi merah.
"Ya ampun.. Sepupu manjaku tersipu malu.." Tan mencibir dan terkekeh geli melihat tingkah Reina.
"Dia sepupumu?" tanya Zayn pada Tan dan dengan cueknya Tan mengangguk."Kenapa? Apa aku tidak boleh memberi pelajaran pada sepupuku sendiri?" tanya Tan dingin. Zayn menatapnya lalu menoleh pada Reina yang masih ada di belakangnya.
"Walaupun dia sepupumu, kau tidak seharusnya menganiayanya seperti itu!" tukas Zayn tegas. Tan memanyunkan bibirnya.
"Terserah kau saja! Kemarikan dia, aku belum puas mengacak kepalanya!"
Tan hendak menarik tangan Reina tapi Zayn menghalanginya membuat Reina benar-benar terpesona pada sosok lelaki itu.
Beberapa orang mulai menonton 3 orang itu. Dimata mereka, ketiganya sedang terlibat cinta segitiga. Dan menurut mereka, Reina sangat beruntung di perebutkan dua lelaki tampan.
"Zayn! Ada apa ini?" suara Karin terdengar dari belakang Tan. Gadis itu berlari-lari kecil mendekati Zayn yang tengah beradu pandang dengan Tan.
Tan menoleh dan seketika itu juga Karin terpaku. Matanya membelalak, tak menyangka sama sekali bahwa bosnya itu ada disini.
"A-apa yang kau lakukan disini?" tanya Karin takut-takut. Tan dengan ekspresi cool menunjuk kearah Reina yang masih bersembunyi di belakang Zayn.
"Aku mau menjemput sepupuku dan pangerannya datang" ucap Tan datar. Karin melirik Zayn lalu mengernyit.
"Siapa di belakangmu?" tanyanya yang tak dapat melihat wajah Reina.
Zayn bergeser beberapa langkah membuat Reina tak punya tameng lagi untuk berlindung. Karin hanya menatapnya karena memang tak mengenal Reina.
"Aku minta maaf karena sudah mencampuri urusanmu dengan sepupumu tapi tidak seharusnya kau bersikap kasar padanya.. Bagaimanapun, dia itu seorang gadis!" ucap Zayn. Tan hanya mengangguk-angguk cuek.
Tan lalu memandang Karin dan tatapannya menyiratkan bahwa ia sangat kesal pada gadis itu. Karin hanya diam tanpa membalas tatapannya.
"Karin.. Ayo kita pulang.." ajak Zayn sambil mengulurkan tangannya kearah Karin. Tan terkejut terlebih saat Karin menggapai tangannya dan menggenggamnya akrab.
"Oh tidak! Pemandangan apa ini?" umpat Tan dalam hati.
"Apa dia mereka pacaran?" batin Reina sedih.
"Tan, aku akan ke kantor dengan Zayn!" ucap Karin lalu melenggang dengan santai bersama Zayn. Meninggalkan Tan dan Reina yang perasaannya kini sama. Cemburu, mungkin.
"Aish! Apa-apaan mereka! Sok mesra di depanku!" gerutu Tan. Ia lalu menoleh pada Reina yang jadi sedih dan tertunduk. Tan pun langsung mengusap rambut Reina yang berantakan dan merapikannya.
"Sudah! Jangan sedih begitu.. Maafkan aku.. Aku hanya bercanda tadi!" kata Tan. Reina tetap tertunduk.
"Hey.. Kita sudah sering melakukan ini! Kau bahkan sering menjambak rambutku juga! Sudah-sudah.. Aku minta maaf.."
"Kau tidak mengerti!" teriak Reina keras yang langsung membuat Tan tercengang. Tangannya yang tadi merapikan rambut Reina langsung ia tarik dan mendekap mulutnya dengan ekspresi berlebihan.
"Kau-kau kenapa?" tanyanya.
"Aku kesal!" teriak Reina dan langsung pergi. Tak lupa ia menyerat temannya dan menjauh dari Tan.
Tan terdiam beberapa saat lalu mulai berpikir.
"Apa lelaki tadi.. Benar! Reina pasti menyukainya! Tapi.. Kenapa dia membawa pergi sekretarisku?! Tidak bisa dibiarkan!" oceh Tan dan langsung memacu langkah keluar gerbang, ia masuk ke mobilnya dan langsung mengemudi kembali ke kantor.
***
Karin sudah lebih dulu tiba sebelum Tan. Pantas saja, ia naik motor dengan Zayn. Dan Zayn mengendarai motornya seperti sedang balapan.
Karin langsung masuk ke toilet untuk mengganti pakaiannya. Ia sengaja membawa pakain formal supaya tidak harus pulang lagi ke rumah. Setelah berganti pakaian, Karin berdiri di depan cermin dan menatap bayangan nya.
"Hari ini blazer ku tidak kusam kan?" gumamnya sambil menatap blazer hitam yang dikenakannya. Ia mengangguk setelah yakin blazernya tampak bagus. Ia lalu melepas ikatan rambutnya dan membuatnya tergerai. Tangannya langsung bergerak menatanya supaya rapi.
"Aku tidak mau si Tan itu mengomentari penampilanku lagi! Tapi.. Hak sepatu dan parfume.. Aku tidak punya yang lain!" keluhnya sambil melengos.
"Ah! Sudahlah! Jika dia mengatai aku pendek lagi, akan kupaksa dia memakai sepatuku dan meminum parfumku!" gumamnya lalu segera berjalan keluar dan tak lupa membawa tasnya.
"Karin.. Akhirnya kau datang juga.." ucap Gracia yang langsung berdiri dari duduknya ketika melihat Karin datar. Karin tersenyum, merasa tak enak telah membuat Gracia menggantikan tugasnya. Lagipula ia heran kenapa Tan tidak mencari sekretaris lain saja.
"Maaf merepotkanmu.." ucap Karin sambil menundukkan kepala. Gracia tersenyum maklum.
"Santai saja.. Aku senang kau sudah datang! Oh ya.. Direktur menyuruhmu langsung ke ruangannya saat kau datang.. Tapi dia sendiri.." ucapan Gracia terhenti saat dilihatnya Tan keluar dari dalam lift dan melangkah mendekat. Graciapun langsung memberi isyarat pada Karin bahwa Tan sudah datang.
Karin berbalik tepat saat Tan sudah dekat dengannya, tanpa menghentikan langkah, Tan langsung menggerakkan jarinya agar Karin mengikutinya masuk ke dalam ruangannya. Karin mendesis.
"Ya sudah.. Aku pergi dulu ya.." pamit Gracia. Karin hanya mengangguk lalu segera menyusul Tan yang sudah lebih dulu masuk ke ruangannya.
"Apa yang kau mau?!" tanya Karin tanpa rasa bersalah. Padahal ia tau, Tan pasti kesal karena ia tak menelponnya dan bahkan mengabaikan telpon lelaki itu.
Tan yang sudah duduk di kursi kerjanya menatap Karin intens.
"Siapa lelaki itu?" tanya Tan. Karin menautkan alis mendengarnya.
"Siapa?"
"Si pahlawan kesiangan itu!"
"Kau ini bicara apa?"
"Ya ampun! Kau tidak mengerti bahasa manusia ya?!"
"Kau bicara tentang pahlawan kesiangan! Aku tidak mengerti, siapa yang kau maksud?"
"Siapa lagi kalau bukan lelaki yang mengantarmu kemari!"
Karin mengernyit dan menatap Tan dengan mata memicing. Tan yang ditatap seperti itu tidak mau kalah, matanya ikut memicing dan mambalas tatapan Karin.
"Siapa yang berkedip duluan berarti dia bodoh!" tukas Karin dan Tan tersentak.
"A-apa?" dan matanya langsung terkedip. Karin tertawa puas.
"Kau bodoh! Hahaha!" tawanya dengan riang. Tan manyun, ia merasa bukan bodoh tapi dibodohi.
"Aku serius!" serunya sambil menggebrak meja. Karin mengangguk mengerti.
"Dia Zayn! Temanku yang paling tampan! Kenapa?"
Tan kembali tersentak dan terlihat tak terima.
"Heh! Bagaimana bisa kau bilang dia temanmu yang paling tampan sementara di depanmu ada yang lebih tampan!" seru Tan. Kerin mencibir.
"Kau bukan temanku!" ketusnya.
"Kalau begitu sekarang aku temanmu!" tukas Tan sambil mengulurkan tangan. Karin terkekeh dan menatapnya aneh. Iapun menjabat saja tangan Tan walaupun sebenarnya ia sangat heran dengan sikap Tan.
"Nah, sekarang siapa temanmu yang paling tampan?"
"Tentu saja Zayn!"
"Apa?!" Tan kembali menggebrak meja dengan penuh emosi.
"Kau ini kenapa sih? Aneh sekali! Untuk apa kau tanya siapa Zayn, apa kau suka padanya?"
"Suka padanya?! Kau gila!" teriak Tan. Karin langsung menutup telinga.
"Lalu kenapa?" Karin balik teriak.
"Jangan-jangan kau cemburu karna dia mengantarku! Kau suka padaku ya?" terkaan Karin langsung membuat mata Tan terbelalak.
"Heh! Percaya diri sekali kau! Aku tidak akan suka padamu! Pasti kau yang suka padaku!"
"Aku? Suka padamu? Benar-benar tidak masuk akal! Memangnya apa yang membuatku suka padamu hah?!"
"Aku tampan, imut, manis, tampan, ramah, populer! Dan itu pasti bisa membuatmu suka padaku!"
"Hah! Diantara kelebihan yang kau sebutkan itu! Tidak ada satupun yang tampak dimataku!"
"Kau buta, makanya tidak tampak!"
"A-apa?" Karin yang emosi di katai buta langsung mengambil tumpukan map diatas meja dan memukul kepala Tan.
"Beraninya mengataiku buta!" kesal Karin sambil terus memukul Tan. Tan berteriak sambil berusaha melindungi diri.
"Kalau bukan buta apa? Katarak?" ketusnya. Karin langsung bertambah keras memukulnya.
"Heh! Kau berani berbuat kasar pada bosmu, kau bisa melanggar kontrak!"
"Kontrak apa?! Aku tidak peduli dengan kontrak itu! Kau setan gila menyebalkan! Bisanya hanya membuat moodku buruk!" maki Karin. Tan yang sudah tak tahan dipukuli langsung menangkap pergelangan tangan Karin dan menariknya hingga tubuh gadis itu condong kedepan dan wajahnya hampir bertabrakan dengan wajah Tan. Mata Karin membelalak dan map ditangannya jatuh begitu saja. Tan menyeringai.
"Jika sedekat ini.. Kau pasti sadar siapa yang paling tampan!" ucap Tan percaya diri.
Karin langsung menjauhkan wajahnya dan berusaha melepaskan tangannya dari Tan. Tapi Tan kembali menariknya hingga posisi mereka kembali seperti tadi.
Karin menelan ludah dan Tan menatapnya merasa menang.
"Cepat katakan.. Siapa yang paling tampan sekarang!" ujar Tan diiringi evil smirknya.
Karin hanya terdiam tak mampu berucap apapun.
"Apa harus kucium dulu?"
Mata Karin membelalak lebar, Tan tersenyum manis dan membuat Karin merasakan dentuman keras di jantungnya yang mulai berpacu kencang.
Tan bersorak dalam hati, senang sekali dapat mengerjai Karin seperti ini.
Tiba-tiba pintu ruangan Tan terbuka dan seseorang berdiri di ambang pintu. Menatap pemandangan di depannya dengan wajah kaget. Posisi meja kerja Tan yang menyamping dari pintu membuat Keenan dapat melihat dengan jelas apa yang dilakukan Tan dan Karin.
Baik Tan maupun Karin, keduanya kaget saat pintu terbuka dan langsung menolehkan kepala mereka. Keduanya terbelalak dan tubuh keduanya menjadi benar-benar kaku.
0 Responses to “Cerpen Seru: The Pursuit Of Love #22”
Posting Komentar