Nuansa Remaja

Blog Remaja Indonesia

Tampilkan postingan dengan label Seru. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Seru. Tampilkan semua postingan

Cerpen Seru: The Pursuit Of Love #20

"Selama dia jadi sekretarismu.. Kau pasti akan bertemu dengannya setiap hari, aku ragu kau tidak akan jatuh cinta padanya.. Apalagi, dia itu cantik!" ucap Keenan santai, ia kembali melanjutkan langkah menuju parkiran. Daniel terdiam sejenak sampai akhirnya bergegas menyusul.

"Kau pikir aku menyukai seseorang hanya karna dia cantik?" sungut Daniel. Keenan tersenyum.

"Aku sudah tau dari Reina tentang seorang gadis yang menciummu saat kau datang ke kampus untuk menjemput Reina.."

Lagi-lagi Daniel mengerem mendadak langkahnya ketika mendengar penuturan Keenan. Wajahnya langsung menampakkan ekspresi kesal, kesal pada Reina yang menceritakan peristiwa itu pada orang lain.

"Reina bilang kau menyuruhnya mencari gadis itu tapi Reina tidak menemukannya dan kau marah, lalu hari berikutnya, tiba-tiba saja kau memaksa ingin menjemputnya dan kau malah berkeliaran ke fakultas seni! Kau juga tidak menyinggung masalah gadis yang menciummu itu lagi tepat setelah kau merekrut sekretaris baru.. Gadis yang menciummu dan sekretaris baru mu itu orang yang sama kan?" Keenan mengerling menggoda sementara Daniel nampak terdiam.

"Wah, dia cepat tanggap" batin Daniel.

"Untuk apa kau memungut karyawan yang dipecat dari kantorku dan menjadikannya sekretaris jika kau tak suka padanya? Heh! Mana ada seseorang yang dipekerjakan tanpa tes terlebih dahulu? Kau ini mencurigakan! Kau pasti jatuh cinta padanya sejak pandangan pertama kan? Sejak dia menciummu!"

Perkataan Keenan semakin membuat Daniel beku dan tak dapat berkata apa-apa. Jika dipikir-pikir benar juga apa yang dikatakan Keenan. Dia tidak pernah begini sebelumnya, mempekerjakan seseorang tanpa tes, di bagian yang bagus pula. Apalagi ia memberi kebebasan padanya untuk datang pagi jika tidak kuliah dan datang kapanpun jika ada kuliah.

"Tidak mungkin aku suka padanya!" tukas Daniel dalam hati. Ia lalu menoleh kesamping dan tak menemukan Keenan. Ternyata sepupunya itu sudah sampai ke tempat parkir bahkan sudah berada disisi mobilnya. Daniel segera menyusul.

"Kakak tidak mengerti.. Aku mempekerjakannya untuk membuatnya kesal dan menderita! Dia sudah berani-beraninya melecehkanku, selain itu dia juga mengocehiku bahkan menendang kakiku, dia juga menyalahkanku atas kesialan yang menimpanya, padahal aku tidak tau apa-apa! Aku ingin membalasnya.. Membuatnya menderita saat bekerja menjadi sekretarisku!" jelas Daniel meyakinkan. Keenan hanya tersenyum. Ia tahu perasaan Daniel sedang berkecamuk saat ini.

"Kalau begitu, mari kita bertaruh!"

"Bertaruh apa? Memangnya sedang nonton bola!" sungut Daniel.

"Kau mengaku tidak akan menyukainya kan?"

"Tentu saja! Dia itu bukan tipe ku! Benar-benar dibawah standar! Pendek, cerewet, pembangkang, cengeng, dadanya rata! Benar-benar tidak sesuai selera!" tandas Daniel dengan mulut bersungut-sungut. Ia sepertinya sangat bersemangat membicarakan kejelekan Karin.

"Kalau kau tiba-tiba suka padanya bagaimana?"

"Aku akan meninggalkan posisiku sebagai direktur!" sahut Daniel semangat namun di detik berikutnya, lelaki itu menegang.

"Baiklah, kita bertaruh! Dalam waktu satu bulan! Jika kau benar-benar tidak suka padanya, aku akan memberimu sesuatu yang sudah lama kau inginkan! Dan jika kau suka padanya, maka kau akan meninggalkan posisimu sebagai direktur! Setuju?"

Daniel tertegun, hatinya langsung bergejolak aneh. Matanya menatap nanar uluran tangan Keenan yang menunggu persetujuannya.

"Kau takut?" tanya Keenan yang langsung membuat Daniel tersentak.

"Baiklah! Aku tidak akan jatuh cinta padanya bahkan lebih dari satu bulan atau satu tahun!" tandasnya sambil menjabat tangan Keenan. Keenan tersenyum.

"Jangan bohongi perasaanmu! Jika kau sudah mulai menyukainya dan berusaha menutupinya, itu akan menyakitimu! Aku tau persis bagaimana sikapmu saat menyukai seseorang!" usai berkata demikian, Keenan langsung masuk ke mobilnya. Ia lalu menurunkan kaca jendela dan menatap Daniel yang kelihatan bimbang.

"Heh! Jadi ikut tidak? Aku akan mentraktirmu seafood sebelum kau pergi rapat! Cepat ikuti mobilku!" seru Keenan dan Daniel segera pergi menuju mobilnya.

Keenan tersenyum, ia yakin Daniel akan segera jatuh cinta pada Karin karena berdasarkan yang ia lihat, sikap Daniel pada Karin persis seperti sikapnya pada cinta pertamanya dulu. Daniel akan mengusahakan segala cara agar bisa bertemu dengannya setiap hari, lalu bersikap seolah menganiayanya dan selalu membentaknya. Ia juga akan dengan lancar mengocehinya. Seorang gadis tak kan bisa menebak apakah Daniel menyukainya atau tidak tapi Keenan dengan mudah dapat menebaknya.

***

Akibat taruhan gila yang dibuat Keenan. Daniel jadi tidak konsentrasi menjalankan rapat. Ia hanya duduk melamun sambil memikirkan perasaannya terhadap Karin. Ia ragu menyukainya, tapi juga ragu tak menyukainya.

Dan kegalauan Daniel terus berlanjut. Lelaki itu uring-uringan di kamarnya. Berguling-guling tak jelas di atas tempat tidur.

"Bagaimana kalau aku suka padanya? Aku harus berhenti jadi direktur?" keluhnya lalu menjerit kesal.
READ MORE - Cerpen Seru: The Pursuit Of Love #20

Cerpen Seru: The Pursuit Of Love #19

Di ruangannya, Daniel duduk di meja kerjanya. Menandatangani berkas dengan muka cemberut. Sesekali ia melirik Karin yang berdiri di depan mejanya. Gadis itu terus tersenyum penuh kemenangan.

"Kau benar-benar pandai beracting, tidak salah kau di jurusan seni!" cibir Daniel namun Karin menganggapnya sebagai sebuah pujian.

"Tentu saja! Aku bahkan dipilih sebagai pemeran utama dalam drama di kampus!" sahut Karin bangga. Daniel makin jengah, tanda tangannya menjadi tak karuan.

"Eum.. Gadis di toilet tadi.. Siapa?"

Pertanyaan Karin yang tak di sangka-sangka membuat Daniel menghentikan aktivitas tanda tangannya, ia lalu mengangkat kepalanya dan menatap Karin intens.

"Kenapa?" tanyanya.

"Hanya bertanya! Sepertinya dia akrab denganmu.."

"Lebih tepatnya sok akrab!"

"Wah, benar! Aku juga berpikiran seperti itu, dia bahkan berbicara denganku di toilet padahal aku tidak mengenalnya sama sekali!"

"Hmm.. Saat pertama bertemu dengaku, dia juga seperti itu! Sok akrab!"

"Dan kau lihat wajahnya? Penuh riasan! Ya ampun.. Apa wanita sangat menunjang penampilan saat ini?!"

"Heh! Kenapa kau jadi mengajakku bergosip begini?"

Karin yang semula antusias membahas Alena menjadi bungkam setelah mendengar ucapan Daniel. Benar juga, kenapa dia jadi bergosip begini?

"Setelah kau membuatku menjadi bahan tontonan dan juga bahan gosip di kantor, sekarang kau malah mengajakku bergosip?!" kata-kata Daniel datar tapi terdengar penuh kekesalan. Karin hanya dapat nyengir sebagai ungkapan maaf.

"Aku hanya kesal.. Kau tidak mau tanda tangan, jadi kugunakan cara itu.." ucap Karin dengan muka bersalah. Daniel berdecak kesal dan meneruskan tanda tangannya.

"Sebelumnya, aku lebih menyebalkan pada sekretaris lamaku.. Tapi dia tidak cengeng sepertimu sehingga aku tidak jadi bahan gosip!" kata Daniel tanpa menoleh pada Karin yang sudah memanyunkan bibirnya.

"Kalau begitu kenapa kau jadikan aku sekretarismu hah?!" teriak Karin keki.

"Aku hanya kasihan!" sahut Daniel.

"Aku tidak perlu dikasihani!"

"Kalau begitu kenapa kau datang ke kantorku kemarin dan memohon agar aku mempekerjakanmu? Apakah itu bukan minta dikasihani namanya?"

Karin terdiam mendengar ucapan Daniel. Kalau saja ia tidak terdesak, ia tentu tak akan melakukan hal memalukan seperti itu.

Daniel hampir selesai dengan tanda tangannya dan ketika hampir membubuhkan tanda tangan terakhir, seseorang membuka pintu ruangannya. Seketika Daniel dan juga Karin menoleh kearah pintu yang terbuka.

Seorang lelaki tinggi dengan wajah oriental berdiri diambang pintu dengan senyum tersungging di bibirnya. Karin tertegun, ia kenal lelaki itu. Direktur di perusahaan tempatnya bekerja dulu, Keenan.

"Kak.. Apa yang membawamu kemari?" tanya Daniel yang menatapnya dengan kening mengernyit. Tidak biasanya Keenan datang ke kantornya karena biasanya Daniel lah yang berkunjung ke tempat kerja kakak sepupunya itu.

"Ayo keluar.. Aku akan mentraktirmu hari ini.." ucap Keenan dengan gaya yang sungguh membuat Karin terpesona. Dibandingkan Daniel, tutur kata Keenan memang jauh lebih sopan dan lembut.

"Aku sedang menandatangani berkas untuk rapat, dan rapat itu sore ini.. Kurasa aku tak ada waktu.." kata Daniel sambil tersenyum.

"Jam berapa rapatnya?"

Pertanyaan Keenan ditujukan untuk Karin karena ia pikir tentu sekretaris lebih tahu jadwal rapat ketimbang bosnya. Kerin tercengang, ia tak tahu jam berapa Daniel rapat karena lupa menanyakannya pada Gracia.

Daniel mendecak melihat Karin yang tak kunjung memberikan jawaban.

"Gadis ini benar-benar tak berguna!" desisnya lalu menyelesaikan tanda tangan terakhirnya.

"Heh! Berikan ponselmu!" kata Daniel pada Karin. Karin tertegun dan menatapnya tak mengerti.

"Cepatlah! Kau tidak lihat, aku sudah ditunggu tamu penting!" desak Daniel.

Karin tak sempat berpikir dan segera menyerahkan ponselnya. Daniel lekas mengambilnya dan mengotak-atiknya sebentar. Beberapa saat kemudian terdengar ringtone ponselnya.

"Ini nomorku, beritahu aku jika kau kuliah besok! Hari ini kau pulang saja, tidak ada lagi yang perlu kau urus!" kata Daniel seraya menyerahkan kembali ponsel Karin. Karin menerimanya dan mengangguk mengerti.

"Ingat! Telfon aku! Aku tidak menerima sms!" katanya menegaskan. Karin hanya mengangguk sementara Keenan tertawa kecil melihat tingkah Daniel.

Daniel berdiri, mengambil jasnya dan segera berjalan mendekati Keenan, sebelum keluar dari ruangannya, ia berbalik dan menatap Karin.

"Jangan coba-coba membohongiku!" tukasnya lalu segera menutup pintu, meninggalkan Karin yang hanya dapat melongos.

***

"Jadi dia mantan karyawanku yang kau rekrut menjadi sekretarismu?" tanya Keenan dalam perjalanan mereka menuju tempat parkir. Daniel mengangguk membenarkan.

"Kau sepertinya tertarik padanya!" tudingan Keenan membuat Daniel mengerem langkahnya mendadak.

"Tertarik pada spesies semacam itu? Tidak mungkin!" tukas Daniel dengan wajah meyakinkan.

"Kau yakin? Bagaimana kalau kita bertaruh?" ucapn Keenan membuat Daniel mengernyit dan menatapnya intens.

"Bertaruh?"
READ MORE - Cerpen Seru: The Pursuit Of Love #19

Cerpen Seru: The Pursuit Of Love #18

"Aku malas! Kau saja yang tanda tangan!"

Perkataan Daniel yang seenak jidatnya seketika membuat Karin meradang. Ini benar-benar tak pernah terpikirkan olehnya. Bagaimana mungkin seorang direktur menyuruh sekretarisnya yang menandatangani berkas penting untuk rapat? Benar-benar bos ajaib!

Sementara Daniel tak perduli sama sekali dengan kekesalan yang sedang mendera sekretarisnya. Dengan langkah santai, ia langsung angkat kaki dan melenggang pergi.

"Heh! Berhenti kau!" teriak Karin yang tak terima dengan perlakuan Daniel.

Masih dengan gaya santai, Daniel menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Karin.

"Aku sudah berhenti, sekarang kau mau apa?" tanya Daniel dengan senyuman sinis di sudut bibirnya.

Karin yang kini berjarak sekitar satu meter lebih dari bosnya itu melangkah mendekat dengan wajah sangar. Nyaris saja Daniel tak dapat menahan tawa melihat wajahnya itu.

"Tanda tangan!" sentak Karin ketika dirinya sudah berada di depan Daniel dengan jarak yang lebih dekat. Map di tangannya ia ulurkan pada Daniel tapi Daniel malah terkekeh remeh.

"Seorang bawahan, tidak ada hak menyuruh atasannya! Sudah ku bilang kau saja yang tanda tangan! Kenapa kau membantah? Kau mau kita ke pengadilan?"

"Aku yang akan menuntutmu karena sudah berlaku semena-mena terhadapku! Ini pelanggaran undang-undang!" balas Karin dengan emosi menggebu. Daniel makin terkekeh dan menatapnya dengan tatapan meremehkan.

"Tau apa kau tentang undang-undang? Memangnya kau sekolah hukum? Di bandingkan undang-undang, aku yakin kau lebih tau soal teater putri tidur!" tukas Daniel. Karin menggeram.

"Kau mau tanda tangan atau tidak?" tanya Karin dengan volume suara diturunkan. Daniel dengan enteng menggeleng seperti anak kecil.

"Kau mau membuatku dipecat di hari pertamaku hah?" sentak Karin.

"Siapa yang akan memecatmu? Aku yang mempekerjakanmu, artinya, aku juga yang berhak memecatmu!"

"Kalau begitu cepat tanda tangan! Kau tidak memikirkan kelangsungan perusahaanmu ya? Kalau kau tidak menandatangani ini, apa boleh kau ikut rapat? Apa bisa perusahaan mu berkembang jika dipimpin oleh direktur sepertimu?! Kau itu menyebalkan! Sangat menyebalkan!" Karin tak terkendali, matanya berkaca-kaca nyaris menangis. Melihat itu, Daniel bukannya kasihan malah semakin meledeknya.

"Ya ampun.. Berapa umurmu? Menangis hanya karena hal seperti itu! Ck, kau sudah tua! Bukan ABG lagi!"

"Seharian ini kau membuatku kesal! Kau mempermainkanku! Apa ini tujuanmu mempekerjakanku disini? Untuk menyiksaku? Kau masih dendam gara-gara aku pernah menendang kakimu dan juga mengocehimu terus? Atau kau dendam karena aku menciummu?! Balas saja dengan cara lain! Jangan mempermainkanku terus!" amukan Karin kali ini berhasil membuat Daniel tercengang. Karin sudah tak menahan air matanya lagi, dia menangis, tersedu-sedu dan menatap Daniel dengan mata basah.

"K-kau.."

"Setahun yang lalu kedua orang tuaku meninggal! Beberapa hari yang lalu aku dicampakkan lelaki dan di pecat dari pekerjaanku! Hari ini aku bekerja di kandang setan! Bagaimana dengan besok?!" Karin semakin tersedu. Daniel jadi tak enak hati.

"Ja-jangan begitu.. Aku.."

"Kalau kau benci padaku, katakan saja!" teriak Karin yang langsung membuat Daniel ciut.

Keduanya lalu diam beberapa saat, hanya suara tangisan Karin yang terdengar. Beberapa karyawan yang melihat mulai berbisik-bisik mengenai kejadian itu. Daniel semakin risih apalagi ketika perkataan beberapa karyawan itu terdengar di telinganya.

"Direktur membuat sekretaris barunya menangis.."

"Kurasa gadis itu akan berhenti di hari pertamanya.."

"Kasihan sekali gadis itu.."

"Direktur benar-benar membuat semua sekretarisnya mundur.."

Telinga Daniel memanas sama seperti jantungnya. Ia menatap Karin yang terus menangis tanpa peduli dengan dirinya yang sekarang menjadi bahan tontonan dan juga pembicaraan dalam sisi negatif.

"Heh! Berhentilah menangis!" seru Daniel dengan suara yang sedikit di tahan agar tak terdengar membentak. Karin tak bergeming dan semakin keras menangis.

"Aish! Kau ini benar-benar.." Daniel hendak mencaci maki gadis di depannya tapi urung ketika melirik ke sekeliling dan yang menontonnya semakin ramai.

"Baiklah! Aku akan tanda tangan!" teriak Daniel dengan emosi tertahan. Karin yang mendengar itu mendongakkan wajahnya yang menatapnya menuntut kebenaran.

"Berikan berkasnya! Akan ku tandatangani bahkan ku makan kalau perlu!" sungut Daniel lalu merebut map di tangan Karin dan berjalan kembali menuju ruangannya. Karin tersenyum lebar dan buru-buru menghapus airmatanya.

"Apa yang kalian lihat!!?" teriak Daniel pada semua karyawan yang menyaksikan 'penyiksaan' nya terhadap Karin. Semuanya langsung terkejut dan menunduk takut.

"Kembali bekerja!!" lagi-lagi Daniel berteriak membubarkan semua karyawannya yang langsung pergi dengan kepala tertunduk.

"Kau puas?" tanya Daniel yang melihat Karin tersenyum. Dan dengan bangga, Karin mengangguk serta memperlebar senyumnya.

"Air mata buaya!" dengus Daniel lalu masuk ke ruangannya disusul Karin.
READ MORE - Cerpen Seru: The Pursuit Of Love #18

Cerpen Seru: The Pursuit Of Love #17

"Aish! Dia mau menggodaku lagi?!" batin Karin saat melihat Daniel bergerak mendekatinya. Gadis itu menarik nafas, berusaha menguatkan jantungnya. Jantungnya tidak boleh lemah menghadapi godaan setan seperti ini. Ia harus membiasakan diri.

"Jangan mendekat!" tukas Karin sambil mengacungkan telunjuknya kearah Daniel, gadis itu bergerak mundur. Daniel terkekeh dengan ancamannya dan tambah mendekat.

"Lalu.. Yang kau bilang 'Tidak salah juga, aku menciumnya'.. Itu maksudnya apa?" tanya Daniel dengan tatapan menggoda. Kakinya terus melangkah, mengikuti Karin yang terus mundur.

"Dia dengar semuanya! Aaa...!" Karin menjerit dalam hati, wajahnya bertambah merah bercampur pucat (?)

"Itu.. Itu.. Hanya.."

"Mengakulah saja.. Dari awal, kau memang sudah suka padaku kan?"

"Ti-tidak!"

Daniel tersenyum miring, menandakan bahwa dirinya benar-benar senang menggoda sekretaris barunya. Ia terus saja mengikuti kemanapun Karin mundur, mereka bahkan sudah hampir mengelilingi ruangan Daniel.

"Lalu kenapa kau bilang tidak salah juga menciumku?"

"Kapan aku bilang seperti itu?! Kau jangan mengada-ada!"

"Itu memang ada!"

"Tidak! Aku tidak pernah bilang begitu! Ku peringatkan kau untuk tidak mendekat lagi atau aku akan menendang kakimu!" ancam Karin. Daniel hanya tertawa kecil dan tanpa takut, semakin mendekat.

"Berhenti!!" teriak Karin frustasi. Daniel menghentakkan kakinya seolah ingin melompat keatas Karin, dan seketika itu juga, Karin menjerit dan berlari keluar dari ruangan Daniel.

Tawa Daniel pecah dan lelaki itu terduduk di sofa sambil tetap tertawa.

***

"Dia masih tertawa.." gerutu Karin dengan bibir mengerucut. Matanya memandang jengah pintu ruang kerja Daniel. Dari dalamnya masih terdengar suara tawa Daniel yang sepertinya sedang sangat bahagia.

Karin benar-benar malu, kesal, marah dan juga keki. Ingin rasanya mencabut pita suara lelaki itu sekarang juga. Namun, apalah daya, dirinya bukan seseorang yang dapat melakukan hal itu.

"Karin.. Ada apa dengan direktur?" tanya Gracia yang muncul dengan beberapa map di tangannya. Kening gadis itu nampak berkerut mendengar suara tawa Daniel yang sesekali terputus namun beberapa detik kemudian terdengar lagi.

"Dia sudah gila! Pekerjaan sebagai direktur di usianya yang masih muda membuatnya gila!" sahut Karin dengan wajah kesal. Kalau saja Gracia tahu apa yang menyebabkan Daniel tertawa, Karin yakin, Graciapun akan ikut tertawa. Oleh karenanya, ia tak mau teman barunya itu tau.

"Ya ampun.. Dia aneh sekali.. Oh iya Karin, ini beberapa berkas yang harus direktur tanda tangani, ini untuk rapat sore ini, jadi sebaiknya kau bergegas.." ucap Gracia sembari meletakkan map-map yang di bawanya diatas meja Karin. Karin melongos nyaris menangis.

"Kau saja yang bawakan padanya.." rengeknya.

"Eh, ini kan tugasmu.. Sudah ya, aku masih ada pekerjaan, cepat kau serahkan padanya.." kata Gracia, dan gadis itu segera melangkah pergi.

Karin menggerutu, kenapa ia harus masuk lagi ke kandang setan itu. Bisa-bisa dirinya terkena ambien saat ini juga.

Dengan amat terpaksa, Karin pun mengambil map-map yang di tinggalkan Gracia lalu beranjak dari mejanya dan mendekati pintu ruangan Daniel. Ia tak langsung masuk, melainkan berdiri disana sambil menghela nafas berpuluh-puluh kali.

"Bagaimana jika dia mengerjaiku lagi? Aduh.. Jantungku belum terbiasa.. Bagaimana ini?" keluh Karin seraya memukul-mukulkan tumpukan map itu ke wajahnya. Ia kemudian berbalik, memunggungi pintu ruangan Daniel.

"Tawanya sudah berhenti.." gumam Karin yang memang sudah tak mendengar lagi suara tawa Daniel. Gadis itu kemudian mengelus-elus dadanya, seolah tengah menenangkannya.

"Baiklah! Aku harus berani! Dia tidak boleh terus-terusan menjajahku!" seru Karin menyemangati diri sendiri, gadis itu lalu berbalik dan memutar kenop pintu tapi dari dalam, Danielpun sedang melakukan hal yang sama.

Daniel menarik pintu ruangannya dengan keras sehingga menyebabkan Karin yang tenaganya kecil itu langsung tertarik dan menghantam tubuhnya. Keduanya menyurut mundur, Karin meringis sembari mengelus-elus hidungnya yang terbentur dada bidang Daniel.

"Heh! Kau ini apa-apaan?" bentak Daniel.

"Apa-apaan apa?! Kau yang apa-apaan?! Kenapa kau membuka pintu tanpa memberitanda?!" pekik Karin tak mau diam. Daniel mendesis.

"Maksudmu aku harus klakson dulu sebelum membuka pintu begitu?! Kau sendiri mau apa, membuka pintu ruanganku hah?! Kau mengintip ya?!"

"Apa? Mengintip? Apa yang mau ku intip! Memangnya kau sedang mandi?!" cerocos Karin emosi.

"Lalu mau apa? Mau melihatku tidur lagi?!"

"Tidur apa?! Kau bahkan tidak berhenti tertawa dari tadi!"

"Bagaimana aku tidak tertawa?! Mengingat wajah konyolmu saja membuatku sakit perut!"

"Kau pikir aku tidak sakit perut menghadapimu?! Ini! Tanda tangani semua itu! Kau harus cepat karena itu untuk rapat sore ini!" ujar Karin sambil menyodorkan tumpukan map ditangannya pada Daniel sementara Daniel memandangnya jijik.

"Aku malas! Kau saja yang tanda tangan!" ucap Daniel lantas melangkah pergi.
READ MORE - Cerpen Seru: The Pursuit Of Love #17

Cerpen Seru: The Pursuit Of Love #16

"Wah.. Dia manis sekali.." gumam Karin sambil terus memandangi wajah Daniel yang masih tertidur pulas. Kepalanya sesekali tertarik kebelakang dan terangguk-angguk kedepan, membuat Karin gemas dan tertawa kecil.

Karin tertegun saat melihat bibir merah alami milik Daniel, ingatannya langsung membawanya kembali ke kejadian beberapa hari lalu saat dirinya mencium lelaki itu. Kejadian paling memalukan dalam hidupnya.

"Hey.. Tidak salah juga aku menciumnya.." gumam Karin, namun detik berikutnya, gadis itu membolakan matanya. Buru-buru ia menggelengkan-gelengkan kepalanya sekuat tenaga, seolah berusaha menyadarkan diri dari pesona Daniel dan ingatan mencium lelaki itu.

Karin langsung merutuki dirinya yang bisa-bisanya mengatakan bahwa tidak salah juga mencium Daniel, gadis itupun memukul-mukul kepalanya berulang kali.

"Apa yang ku katakan? Apa yang ku katakan? Bisa-bisa nya aku terhipnotis olehnya! Tidak-tidak! Aku tidak boleh terpesona dengan wajah malaikatnya! Dia itu seperti setan!" gerutu Karin dengan suara seperti bisikan. Ia lalu bergegas bangkit namun terlambat karena Daniel perlahan membuka matanya. Karin refleks menunduk ke bawah meja sambil berharap Daniel tidak melihatnya.

"Aduh.. Bagaimana ini? Bagaimana ini?" gerutu Karin dengan mulut komat-kamit.

"Heh! Apa yang kau lakukan disitu?"

Pertanyaan singkat dari Daniel seketika membuat Karin menegang. Gadis itu bertambah panik dan berusaha memikirkan alasan yang tepat.

Daniel mengernyitkan keningnya karena tak mendapat respon dari Karin, lelaki itupun segera berdiri dan berjalan mendekati Karin yang masih berjongkok di bawah mejanya dan membelakanginya. Alis Daniel tertaut heran melihat tingkah sekretarisnya itu.

"Kau ini kenapa?" tanya Daniel penasaran. Karin tetap tak mau berbalik dan merespon pertanyaannya. Hal itu membuat Daniel bertambah penasaran.

"Kau mencari sesuatu?" tanyanya kemudian. Karin tertegun, benar juga. Itu alasan yang tepat, pikirnya.

"Ah.. Aku mencari.. Antingku.. Tadi terjatuh.." ucap Karin, tangannya langsung meraba-raba diatas lantai, demi meyakinkan Daniel bahwa dirinya memang tengah mencari sesuatu yang ia sebut adalah antingnya.

Daniel masih mengernyit lalu berjongkok tepat di belakang Karin dan berusaha melihat wajah gadis itu, tapi Karin senantiasa menyembunyikannya.

"Antingmu jatuh?" tanya Daniel. Karin mengangguk cepat.

Evil smirk Daniel tersungging ketika melihat sepasang anting masih terpasang rapi di kedua telinga Karin. Tak ada yang jatuh, ia tau Karin membohonginya.

"Sebelah mana yang jatuh?" tanya Daniel sambil menahan tawa.

"Um.. Kanan.. Ku rasa.." jawab Karin.

"Kalau begitu.. Ini apa?" tanya Daniel lagi kali ini tangannya menunjuk anting Karin di telinga kanannya. Karin tersentak kaget, saking kagetnya sampai terlonjak dan kepalanya membentur meja.

Daniel tak dapat menahan tawanya lagi, lelaki itu terduduk di lantai sambil tertawa puas sementara Karin meringis sambil sibuk mengusap kepalanya.

"Heh! Berhenti menertawaiku!" pekik Karin emosi sambil menoleh kearah Daniel yang asik tertawa.

"Kau.. Kau benar-benar.. Bodoh.." ucap Daniel di sela tawanya.

"Apa kau bilang? Kurang ajar!" Karin bersiap memukul Daniel tapi kepalanya malah terjeduk meja lagi, seketika tawa Daniel bertambah keras. Mata lelaki itu sampai berair dan itu membuat Karin benar-benar jengah.

"Itu akibat karena kau membohongiku!" tukas Daniel yang tawanya mulai mereda, iapun bangkit berdiri dan bersandar di meja kerjanya.

"Ayo, berdirilah.." kata Daniel sambil mengulurkan tangannya. Daniel menatap keki uluran tangan Daniel kemudian menepisnya dengan kasar. Gadis itu memilih berdiri sendiri, tapi kali ini lebih hati-hati.

"Mencoba membohongiku benar-benar perbuatan bodoh.. Anting yang mana yang jatuh? Kedua anting murahan mu itu masih terpasang dengan baik! Lain kali kalau mencari alasan.. Gunakan akal sehatmu.." ucap Daniel dengan sedikit senyum di sudut bibirnya. Karin memandangnya kesal.

"Aku tau, kau memandangiku saat aku tidur tadi kan?" terkaan Daniel seketika membuat mata Karin membola lebar. Lalu gadis itu lekas menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Siapa yang memandangimu? Jangan terlalu percaya diri!" sanggah Karin. Daniel tersenyum kecut.

"Kau pikir aku tidak tau!? Kau malah mengataiku manis.."

Mata Karin semakin terbelalak lebar, wajahnya memerah karena malu. Bagaimana bisa Daniel mengetahui hal itu.

"Kau pura-pura tidur ya?!" terka Karin.

"Aku benar-benar tidur! Tapi aku tahu dan menyadari saat seseorang memandangiku.. Aku juga bisa mendengar suaranya! Jadi.. Apa aku benar-benar manis?" Daniel tersenyum menggoda sambil menatap Karin yang menjadi salah tingkah.

"Kau.. Kau tidak mengerti! Maksudku.. Kau terlihat manis saat tidur! Karena saat itu kau tidak mengoceh dan mengomel! Itu saja.. Aku tidak ada maksud lain!" terang Karin gugup. Daniel semakin bernafsu menggodanya.

"Benarkah? Jadi saat aku mengomel.. Aku tidak manis?" tanya Daniel, Karin mengangguk cepat. Daniel langsung mendekat kearahnya dengan senyuman nakal.
READ MORE - Cerpen Seru: The Pursuit Of Love #16